IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Senin, 08 Juni 2015

RAMADAN STOP MAKSIAT TANPA NANTI DAN TAAT TANPA TAPI



RAMADAN STOP MAKSIAT TANPA  NANTI DAN TAAT TANPA TAPI
Ramadan bulan mulia, penuh ampunan, bulan ujian kesabaran. Betapa tidak, kaum muslim menahan haus, lapar, hawa, nafsu dari fajar hingga terbenamnya matahari. Siangnya berpuasa, malamnya salat tarawih, tadarus dan ibadah lainnya. Hanya orang beriman yang Allah wajibkan untuk berpuasa sebagaimana firman Allah SWT dalam  surat Al Baqarah 183, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Dalam ayat ini buah dari puasa adalah takwa kita kepada Allah SWT.
Di bulan ini kita jumpai manusia terlihat lebih taat dibandingkan hari-hari di bulan lainnya. Jika di bulan selain ramadan banyak kaum wanita membuka aurat, kini mendadak taubat menutup aurat (meski terkadang lekuk tubuh masih ditampakkan). Begitu juga dengan  kebiasaan ibu-ibu yang ngerumpi (ghibah), di bulan ramadan tak lagi ada ghibah. Para artis dan muslimah lainnya yang biasanya gemar umbar aurat kini mendadak tutup aurat, meski kebiasaan yang lalu taubat cabe (taubat sementara). Ramadan taat, selesai ramadan kembali maksiat. Naudzubillah.
Mengutip sebuah buku habits karya ustad Felix Siaw (seorang inspirator yang juga muallaf) bahwasanya untuk menjadikan sesuatu itu bisa dilakukan butuh kebiasaan. Jika di bulan ramadan kaum muslim terbiasa taat maka seharusnya di bulan lainnya pun dapat menjadi hamba Allah yang taat. Awalnya menutup aurat itu berat namun setelah menjadi kebiasaan beratnya tidak lagi dalam melaksanakan, namun berat untuk melanggarnya. Saat terbiasa menutup aurat justru saat aurat tanpa sadar terbuka, maka serasa hati berat, resah dan gudah gulana. Untuk terbiasa taat, maka moment ramadan adalah saat yang tepat biasakan diri taat dan stop maksiat.
Namanya juga taat, ujian pun semakin hebat. Bukankah Allah berfirman dalam Al Quran  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut 2-3)
Banyak kita jumpai kaum muslim yang mengatakan saya ingin taubat dan berhenti maksiat tapi kok belum siap. Saya ingin menjadi muslim yang taat tapi nanti setelah mendapat hidayah dan segudang alasan lainnya. Jika bermaksiat saja kita tanpa tapi dan tanpa nanti namun mengapa giliran untuk taat selalu ada kata nanti dan tapi?
Nah, ramadan ini jadikan moment perubahan besar pada diri untuk taat kepada Allah. Pun jika orang lain mengejek, woles saja, anggap saja angin lalu. Sebab surga didapat bukan karena jika kita menurutinya, namun menuruti aturan Allah. Jika pun kita di puji harus waspada, ingat kita melakukan semua bukan untuk pujian manusia, namun karena berharap ridha Allah itu ada untuk kita. Saat kita berazam untuk taat tanpa tapi dan taat tanpa nanti pasti selalu dan selalu ada jalan. Bukankah Allah berfirman: “Hai orangorang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad :7).  Yakin saja bahwa pertolongan Allah itu sangatlah dekat, kapanpun dan dimanapun.
Tidak ada ketaatan tanpa ujian. Agar ketaatan itu selalu menancap pada diri kita langkah selanjutnya adalah memupuk akal dan hati dengan ilmu. Ilmu tentang Islam, di sana iman kita akan senantiasa dikuatkan. Tidak lupa berkumpul dengan para ulama, orang shalih. Sehingga saat kita berusaha melenceng dari rel tentu mereka mengingatkan kita untuk menuju jalan kebenaran Islam.
AMM di muat di Radar Bojonegoro