IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Selasa, 05 Agustus 2014

STOP MAKSIAT TANPA NANTI DAN TAAT TANPA TAPI

Ramadan bulan mulia, penuh ampunan, bulan ujian kesabaran. Betapa tidak, kaum muslim menahan haus, lapar, hawa, nafsu dari fajar hingga terbenamnya matahari. Siangnya berpuasa, malamnya salat tarawih, tadarus dan ibadah lainnya. Hanya orang beriman yang Allah wajibkan untuk berpuasa sebagaimana firman Allah SWT dalam  surat Al Baqarah 183, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Dalam ayat ini buah dari puasa adalah takwa kita kepada Allah SWT.
Di bulan ini kita jumpai manusia terlihat lebih taat dibandingkan hari-hari di bulan lainnya. Jika di bulan selain ramadan banyak kaum wanita membuka aurat, kini mendadak taubat menutup aurat (meski terkadang lekuk tubuh masih ditampakkan). Begitu juga dengan  kebiasaan ibu-ibu yang ngerumpi (ghibah), di bulan ramadan tak lagi ada ghibah. Para artis dan muslimah lainnya yang biasanya gemar umbar aurat kini mendadak tutup aurat, meski kebiasaan yang lalu taubat cabe (taubat sementara). Ramadan taat, selesai ramadan kembali maksiat. Naudzubillah.
Mengutip sebuah buku habits karya ustad Felix Siaw (seorang inspirator yang juga muallaf) bahwasanya untuk menjadikan sesuatu itu bisa dilakukan butuh kebiasaan. Jika di bulan ramadan kaum muslim terbiasa taat maka seharusnya di bulan lainnya pun dapat menjadi hamba Allah yang taat. Awalnya menutup aurat itu berat namun setelah menjadi kebiasaan beratnya tidak lagi dalam melaksanakan, namun berat untuk melanggarnya. Saat terbiasa menutup aurat justru saat aurat tanpa sadar terbuka, maka serasa hati berat, resah dan gudah gulana. Untuk terbiasa taat, maka moment ramadan adalah saat yang tepat biasakan diri taat dan stop maksiat.
Namanya juga taat, ujian pun semakin hebat. Bukankah Allah berfirman dalam Al Quran  “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut 2-3)
Banyak kita jumpai kaum muslim yang mengatakan saya ingin taubat dan berhenti maksiat tapi kok belum siap. Saya ingin menjadi muslim yang taat tapi nanti setelah mendapat hidayah dan segudang alasan lainnya. Jika bermaksiat saja kita tanpa tapi dan tanpa nanti namun mengapa giliran untuk taat selalu ada kata nanti dan tapi?
Nah, ramadan ini jadikan moment perubahan besar pada diri untuk taat kepada Allah. Pun jika orang lain mengejek, woles saja, anggap saja angin lalu. Sebab surga didapat bukan karena jika kita menurutinya, namun menuruti aturan Allah. Jika pun kita di puji harus waspada, ingat kita melakukan semua bukan untuk pujian manusia, namun karena berharap ridha Allah itu ada untuk kita. Saat kita berazam untuk taat tanpa tapi dan taat tanpa nanti pasti selalu dan selalu ada jalan. Bukankah Allah berfirman: “Hai orangorang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad :7).  Yakin saja bahwa pertolongan Allah itu sangatlah dekat, kapanpun dan dimanapun.
Tidak ada ketaatan tanpa ujian. Agar ketaatan itu selalu menancap pada diri kita langkah selanjutnya adalah memupuk akal dan hati dengan ilmu. Ilmu tentang Islam, di sana iman kita akan senantiasa dikuatkan. Tidak lupa berkumpul dengan para ulama, orang shalih. Sehingga saat kita berusaha melenceng dari rel tentu mereka mengingatkan kita untuk menuju jalan kebenaran Islam. (AMM)
Di muat di radar Bojonegoro 20 Juli 2014


Senin, 07 April 2014

MOVE ON


MOVE ON
Hidup tak selamanya on dan tak selamanya off. Terkadang semangat, terkadang malas menghantui. Move On, sering kita mendengar kata ini. Move on artinya bergerak, berpindah dari sebuah situasi ke situasi lainnya. Perpindahan ke arah yang lebih tinggi, berkelas, bermartabat, alias lebih baik. Dalam kehidupan ini semakin hari dunia semakin mengalami perkembangan. Apabila kita tidak membekali diri kita maka kita akan jauh tertinggal dengan lainnya. Kehidupan ini dinamis, bukan statis. Bergerak yang bagaimanakah yang mampu mengejar ketertinggalan? Apakah cukup hanya bergerak? Ataukah ada tips cerdasnya? Kata seorang motivator, bekerja itu harus cerdas dan keras. Keras dalam arti melakukan sesuatu di atas rata-rata kebanyakan manusia. Cerdas dalam arti bekerja dengan ilmu, akal. Begitu pula dengan bergerak, tentunya harus cerdas dan keras.
Dalam bergerak tidak boleh melupakan tujuan dari penciptaan manusia. Adapun tujuan penciptaan manusia, Allah berfirman dalam surat Ad Dzariyat 56 "dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembahku". Bergerak, tentunya memiliki tujuan yang jelas, bukan hanya kesana kemari tanpa makna. Sebagai seorang muslim kita harus mempunyai visi dalam hidup. Visi dunia maupun visi akhirat. Visi dunia yang mengantarkan pada visi akhirat. Contoh visi dunia, sebagai mahasiswa punya visi IPK cumlaude, jadi pengusaha meski masih mahasiswa, juara penelitian karya ilmiah, juara olimpiade, menemukan sesuatu untuk kemaslahatan manusia dll. Yang tentunya visi tersebut adalah visi yang diridhai Allah bukan visi yang dimurkai Allah. Visi akhirat contohnya masuk surga tanpa hisab seperti halnya bunda Sumayyah (wanita pertama yang mati syahid), mampu mengislamkan sekian orang dll.
Mereka yang sukses adalah mereka yang punya visi dan selalu berkomitmen pada visi, tidak sedikit mereka ditertawakan oleh kawan, lawan dan lingkungan mereka, namun mereka tetap pada visinya. Karena baginya "sekarang kalian mentertawakanku karena visiku, suatu saat aku akan tertawa di depan kalian karena tercapai visiku". Begitulah kiranya titah mereka yang sukses. Tiada gusar dengan cemoohan, cacian dan makian. Tetap fokus pada visi dan tujuan. Setelah mempunyai visi, langkah selanjutnya adalah mendeklarasikan visi itu kepada orang terdekat. Tujuannya agar orang terdekat mengingatkan kita, apabila suatu saat ternyata aktifitas kita jauh dari pencapaian visi. Jangan lupa deklarasikan pula dalam doa. Karena hanya Allah sajalah yang berkuasa menjadikan visi tersebut menjadi nyata. Agar visi menjadi mantab, maka dapat membuat target pencapaian kurun waktu tahunan atau bulanan. Tahun 2014 target sekian, tahun 2015 target sekian dan seterusnya.
Langkah selanjutnya adalah acti-On. Visi tanpa aksi, bagaikan mimpi di siang bolong, ia hanya menjadi angan-angan tanpa wujud nyata. Aksi haruslah sesuai dengan visi. Dalam melakukan aksi tentulah harus paham skala prioritas (aulawiyat). Maksudnya adalah laksanakan yang wajib, upayakan yang sunah, minimalkan yang mubah, jauhi makruh, hindari yang haram. Selain itu dalam melakukan aksi harus ikhlas karena Allah. Mengingat syarat diterima amal adalah benar dan ikhlas karena Allah.
Dalam mencapai visi kita juga harus paham tentang passi-ON kita. Apa itu passion? Passion adalah sesuatu yang apabila kita lakukan kita enjoy, senang dan semangat. Banyak diantara kita yang mungkin beraktifitas tidak sesuai passion, bekerja tidak sesuai bidangnya, akibatnya kerja dengan terpaksa, merasa tertekan, hasil pas-pasan. Jika kita berada pada zona ini, maka hijrah adalah solusinya, karena bekerja pada sesuatu yang bukan menjadi passion hanya akan menyiksa diri dan orang lain. Sebagai contoh seorang jurusan olahraga yang suka olahraga bekerja pada bidang yang mengharuskan menghitung, sedangkan dirinya bukan menjadi ahli dalam matematika, maka mengajar matematika akan menjadi sesuatu yang sangat susah baginya. Hasil kerja kurang optimal, diri menjadi tersiksa karenanya. Dapat dikatakan waktu habis untuk sesuatu yang tidak menghasilkan apa-apa.
Setelah memiliki visi, melakukan aksi yang sesuai passion, langkah selanjutnya adalah collaboration. Apa itu collaburation? Collaburation adalah bekerjasama. Banyak orang mengira dengan bekerja sama maka hasilnya kita hanya kebagian setengahnya. Pada faktanya tidak demikian. Dengan bekerja sama kita justru akan mendapatkan hasil yang berlimpah. Sebagai analogi salat sendirian dibanding salat berdua berjamaah maka pahala salat berjamaah adalah 27 derajat. Dalam tahap ini kita tidak sekedar bekerja sama, namun harus pula menjadikan islam sebagai standartnya. Saat kerjasama yang ditawarkan menyimpang dari islam maka kewajiban kita adalah menolaknya.
Untuk mewujudkan visi butuh kerja sama dengan mereka yang ahli. Datangi mereka, minta ilmunya, sharing dengannya. Saat visi mengakar kuat, aksi  dilakukan sesuai passion, collaburation pun dilakukan, maka semoga Allah mewujudkan visi menjadi nyata. SEMANGAT dan selamat bervisi!!! Move on.(Anna Mujahidah Mumtazah inspirasi dari buku)


Jumat, 03 Januari 2014

BAHAGIA SEPANJANG MASA

BAHAGIA SEPANJANG MASA

Kebahagiaan tak dapat dibeli, tidak dapat diukur dengan banyaknya harta, tingginya jabatan, banyaknya anak dan lainnya. Sering kita dapati orang kaya harta, jabatan tinggi namun mereka kurang menikmati hidupnya. Banyak pula kita jumpai orang miskin, rumah tak punya, cukup tinggal di kontrakan atau kos, namun hidup mereka begitu bahagianya.
Hidup adalah ujian. Sering kita mendengar kata-kata tersebut. Semakin tinggi keimanan semakin tinggi pula ujiannya. Ibarat pohon semakin tinggi batang pohon maka semakin besar terpaan angin yang mengancamnya. Terkadang ujian menjadikan diri seorang muslim mendekatkan dirinya kepada Allah, terkadang pula ujian menjadikan diri seorang muslim menjadi down (futur). Patutlah kita jadikan pelajaran sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ayub, ujian datang bertubi-tubi namun dalam ketetapan iman. Kenikmatan yang luar biasa dicabut oleh Allah satu persatu. Namun iman masih kokoh di dalam hatinya. Allah berfirman dalam Al Baqarah 216,“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”.
 Sebagai manusia tentunya kita memiliki segudang visi dan keinginan. Berbagai upaya kita lakukan untuk menjemputnya namun terkadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan hasilnya. Di sinilah kita diuji Allah, akankah kita ridha dengan keputusannnya ataukah justru kita mengkufurinya. Perasaan ridha, menggerutu tidak akan mengubah kejadian yang telah terjadi. Saat kita menerima dengan ridha, maka kebahagiaan, ridha Allah dan surga yang kita dapatkan. Namun jika perasaan menggerutu yang kita lakukan maka sakit hati yang kita peroleh dan ridha Allah tidak kita dapatkan. 
Para generasi terdahulu, mereka senantiasa menikmati hidup, sebesar apapun ujian yang mereka terima. Alkisah, Ibnu Taimiyyah saat dijebloskan ke penjara yang telah terkunci rapat, lalu beliau membaca ayat Quran berbunyi "Diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu,di dalamnya ada rahmat dan di luarnya ada siksa.” (QS 57:13. Lalu beliau berkata “Apa yang telah musuh-musuhku lakukan padaku? Surgaku ada di dalam dadaku, kebahagiaan selalu ada dalam hidupku, jika mereka membunuhku, aku telah syahid. Jika mereka mengusirku dari negeriku, itu perjalanan yang indah untukku. Sedangkan penjaraku menjadi tempatku berduaan dengan Rabb-ku". Begitu bahagianya hamba Allah ibnu Taimiyyah ini, dimanapun ia berada seakan menjadi surga baginya. Beliau ridha dengan keputusan Allah


Syuraih ibnu Al Harits Al Qadhi mengungkapkan, "Setiap orang pasti akan ditimpa musibah, begitu juga aku. Meski demikian aku tetap berterima kasih kepada Allah karena empat hal. Pertama, aku berterima kasih karena Allah tidak menimpakan musbah yang lebih besar dari itu kepadaku. Kedua, aku berterima kasih karena Allah telah membekaliku dengan kesabaran. Ketiga, aku berterima kasih karena Allah mau menerimaku saat aku mengharapkan pertolongan-Nya. Keempat, aku berterima kasih kepada-Nya karena tidak menimpakan musibah itu dalam perkara agamaku." (Anna Mujahidah Mumtazah)

Kamis, 02 Januari 2014

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PEMBELAJRAN BERBASI PROYEK, DAN PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN

Pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek. Dalam PBM cukup dengan satu hari dengan hasil tiap siswa bisa sama. Dalam PBP tak cukup satu hari, namun berjangka satu bulan atau beberapa waktu. PBP tidak bisa dilakukan secara in dividu namun berkelompok, bisa sekelas. Hasil PBP bisa seperti drama, hasil akhir naskah drama, penampilan drama.
Langkah-langkah pembelajaran berbasi proyek
1. Penentuan Proyek
2. Perancangan penyelesaian proyek
3. Penyusunan jadwal
4. Penyelesaian dengan fasilitas dab monitoring guru
5. Penyusunan laporan dan presentasi
6. Evaluasi proses dan hasil proyek
 Pembelajaran Berbasis Penemuan
Ciri-ciri:
-Pemberian informasi tidak tuntas
-Pemberian stimulus

Langkah-langkah:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
3. Data collection (pengumpulan data)
4. Data processing (Pengolahan data)
5. Verification (pembuktian)
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
#Pelatihan Kurikulum 2013, 3 Januari 2014