Selasa, 19 November 2013
Senin, 18 November 2013
CERDIK ATAU LICIK
Cerdik atau Licik?
Pada tahun ke-6 dari kenabian, sebagian besar shahabat Rasulullah yang
jumlahnya belum seberapa hijrah ke negeri Habasyah (Ethopia). Mereka
hijrah karena menghindari tekanan orang-orang Quraisy yang semakin
mengganas. Hingga mereka tidak bisa bebas menjalankan ajaran Islam yang
baru mereka anut.
Kepindahan mereka itupun ternyata membuat
orang Quraisy tidak senang. Khawatir suatu saat mereka menjadi besar dan
kuat kembali ke Makkah untuk menyerang.
Untuk itu mereka
mengutus seorang jago diplomasi untuk berunding dengan Najasyi -
pemimpim Habasyah - supaya ia mau mengusir orang-orang Makkah yang sudah
minta swaka politik kepadanya. Jago diplomasi itu adalah 'Amr bin 'Ash.
Pada waktu yang sudah direncanakan, 'Amr bin 'Ash berangkat ke negeri
Habasyah menjalankan misinya dengan membawa hadiah dan oleh-oleh untuk
Najasyi dari pimpinan Quraisy Makkah. Dia ditemani oleh 'Imarah bin
Walid.
'Amr bin 'Ash sekalipun hidup di zaman jahiliyyah, ia
adalah orang yang 'iffah, terhormat dan menjaga kesucian diri dari hal
yang berbau seks bebas. Makanya ia berangkat ke Habasyah dengan
didampingi istrinya. Sementara 'Imarah adalah seorang yang suka cabul
dan main perempuan.
Untuk sampai ke negeri Habasyah mereka
harus menyeberangi laut. Ketika berada di atas kapal, 'Imarah bin Walid
suka mencolek istri 'Amr bin 'Ash. Kebiasaan buruknya tidak bisa ia
atasi sekalipun kepada temannya sendiri.
Perbuatan jahil itu
mendatangkan rasa cemburu di hati 'Amr bin 'Ash, sampai mereka berdua
bertengkar. Dalam pertengkaran itu 'Imarah berhasil menceburkan 'Amr bin
'Ash ke laut.
Namun ternyata 'Amr bin 'Ash seorang yang mahir
berenang. Berkat usaha dan bantuan dari penumpang kapal lainnya, ia
berhasil selamat dari tenggelam di laut. Dia bisa kembali ke atas kapal
dengan selamat.
'Imarah berkata: Kalau aku tahu kamu pintar berenang, aku tidak akan menceburkanmu ke laut.
'Amr bin 'Ash bukanlah orang bertipe gegabah untuk membalaskan sakit
hatinya. Ia dapat menahan perasaan sambil terus memutar otak mencari
cara terbaik membalaskan dendamnya kepada 'Imarah bin Walid.
Dia menulis secarik surat untuk disampaikan kepada ayahnya Al 'Ash bin
Wail. Nanti surat itu dititipkan kepada pemilik kapal yang akan kembali
berlayar menuju tanah Arab, untuk selanjutnya dikirimkan melalui orang
yang akan berkunjung ke Makkah untuk menziarahi Ka'bah.
Isi suratnya kira-kira begini:
"Ayahnda, sesampainya surat ananda ini di tangan ayahnda, tolong segera
ayahnda umumkan di depan Ka'bah bahwa ayahnda berlepas diri dari diriku
sebagai anak ayahnda. Dan berlepas diri sari segala tindakan yang aku
lakukan.
Hal itu disebabkan; sudah terjadi permasalahan antara dua orang laki-laki kesatria antara diriku dengan 'Imarah bin Walid.
Sekian surat ananda.
'Amr bin 'Ash.
Mendapat surat itu, ayahnya langsung ke Ka'bah dan melakukan sesuai pesan anaknya.
Singkat cerita.....Di negeri Habasyah....
Usaha 'Amr bin 'Ash bernegosiasi dengan Najasyi gagal. Najasyi tidak
bersedia menyerahkan shahabat-shahabat Rasulullah yang datang hijrah ke
negerinya kepada 'Amr bin 'Ash. Sebaliknya malah dilindungi dan diberi
swaka politik. Hadiah yang dibawa 'Amr bin 'Ash pun ditolak oleh
Najasyi.
Sekalipun kecewa, sudah jauh-jauh datang tapi tidak
membuahkan hasil, ia mendapatkan sesuatu yang sangat menguntungkan
dirinya pribadi. Kondisi itu dimanfaatkan oleh 'Amr bin 'Ash untuk
membalaskan dendamnya kepada 'Imarah bin Walid.
Perlu diketahui
sebelumnya, setiap raja di zaman itu mempunyai parfum khas yang tidak
boleh dipakai oleh orang lain. Kalau ketahuan ada yang memakai, akan
dihukum berat, bahkan bisa-bisa dipenggal batang lehernya.
Karena sudah gagal membujuk Najasyi, 'Amr bin 'Ash berusaha mengadakan
pertemuan khusus dengan para pendeta yang sebenarnya tidak setuju dengan
pendapat Najasyi dan menaruh simpati kepada 'Amr bin 'Ash. Dalam
pertemuan itu 'Amr bin 'Ash berkata:
"Sebagaimana yang kalian
saksikan, usahaku untuk bernegosiasi dengan Najasyi supaya beliau
mengembalikan kaumku yang hijrah ke sini sudah gagal. Aku tidak mungkin
pulang ke Makkah tanpa ada hasil atau bukti bahwa aku sudah berusaha.
Bisa saja kaumku menuduhku tidak pernah datang ke sini.
Untuk
itu aku minta bantuan kepada kalian para pendeta untuk mengambilkan
sedikit parfum yang biasa dipakai Najasyi. Nanti akan aku gunakan
sebagai bukti bahwa aku sudah sampai ke sini dan sudah berusaha.
Sebagai imbalannya, semua hadiah yang aku bawa dari Makkah aku serahkan kepada kalian".
Mendengar permintaan yang sangat sederhana itu para pendeta
menyanggupinya. Akhirnya 'Amr bin 'Ash berhasil mendapatkan parfum
Najasyi.
Setelah seluruh urusan selesai, 'Amr bin 'Ash
siap-siap untuk kembali ke Makkah. Sebelum kembali, ia berkata kepada
'Imarah bin Walid:
"Sebelum kita pulang, sudah selayaknya
selaku tamu kita berpamitan kepada Najasyi. Aku sudah minta waktu untuk
berjumpa dengannya.
Sebelumnya aku juga sudah bertemu dengan
beliau. Aku minta tanda bukti bahwa kita sudah datang ke sini
menjalankan tugas. Berkat kemurahannya, beliau menghadiahiku sebotol
parfum khas milik beliau. Apa kamu ingin memakainya sebelum kita
berjumpa dengannya?"
Dengan semangat tanpa ragu 'Imarah
mengiyakan dan langsung memakaikan parfum itu ke pakaian dan badannya.
Dia merasa sangat bangga dan bahagia bisa memakai parfum Najasyi yang
selama ini ia damba-dambakan. Sedangkan 'Amr sendiri tidak mau
memakainya. Setelah itu mereka berdua datang ke istana Najasyi.
Di istana mereka sempat beramah tamah layaknya orang temanan. Karena
memang sebelumnya 'Amr sudah akrab dengan Najasyi. Terakhir kali,
sebelum berpisah mereka bersalaman dan saling memberikan penghormatan.
Di sanalah Najasyi menjadi kaget, di saat ia mencium bau parfumnya
tersimbah dari tubuh 'Imarah.
Najasyi bukanlah orang yang
emosian. Pada giliran bersalaman dengan 'Amr bin 'Ash ia berbisik
kepadanya: "Dari mana temanmu mendapatkan parfumku?"
'Amr bin
'Ash balas berbisik: 'Imarah adalah seorang yang suka cabul sebagaimana
Anda saksikan dari tingkah dan gayanya. Baru saja dia melihat istri
Anda, dia langsung tertarik. Parfum itu dia dapatkan melalui istri Anda
yang berhasil dia rayu.
Kontan Najasyi naik darah dan sangat
marah. Tanpa sepengetahuan 'Imarah, ia memerintahkan tentaranya untuk
menangkapnya. Selanjutnya ia memerintahkan untuk menyalib 'Imarah di
tengah padang pasir, dan tubuhnya dijadikan mangsa binatang buas.
Berkat kecerdikan 'Amr, ia berhasil membalaskan dendamnya kepada
'Imarah tanpa susah payah dan tanpa melakukan kesalahan yang akan
mengakibatkan tuntutan dari keluarganya. Akhirnya riwayat 'Imarah tamat
ditiang salib dan selanjutnya terkubur di perut binatang buas.
COPAS DARI FB ust Zulfi Akmal
Kisah ini beliau dapatkan dari Prof. DR. Mahmud Helwa dalam pelajaran "Ilmu Rizal"
Minggu, 17 November 2013
MENJAGA STABILITAS IMAN AGAR HIDUP LEBIH NYAMAN
Mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya kenapa tiba-tiba iman kita menjadi turun drastris, Awalnya semangat ibadah menggebu-gebu tiba tiba saja menjadi menurun drastic, Tentu semua ini harus cepat diatasi agar tidak berlarut dan menumpuk menjadi sebuah beban dan membuat kita jatuh terperosok kedalam lubang yang jauh dan suram. Sebelum kita mencari solusinya tentu terlebih dahulu kita harus mencari apa sebab-sebab kenapa hal itu terjadi.
Diantara penyebab turunnya semangat iman adalah ;
1.Lemahnya Pemahaman tauhid di dalam hati seseorang
Diantara adalah kurang memahami bahwasanya Allah maha Melihat, baik yang nampak ataupun yang disembunyikan. Sehingga disaat sepi kita merasa Allah tidak melihat kita sehingga membuat kita merasa nyaman untuk berbuat maksiat dan berbuat dosa lainya.terkadang kita melupakan bahwa Allah maha mendengar, bahkan tidak memahami bahwa Allah itu maha mengetahui baik yang sudah berlalu ataupun akan datang.
2. Tidak memahami hakikat Jalan Hidup
Hidup memang penuh dengan Onak dan duri, Hidup penuh dengan bermacam rintangan dan halangan banyaknya cobaan hidup membuat kita menjadi tidak semangat dan terkadang menjadikan kita putus asa dengan datangnya cobaan-dan ujian yang silih berganti tersebut.
3.selalu dihantui oleh masa lalu yang kelam
Masa lalu terkadang membawa manusia untuk tidak semangat menghadapi masa depannya . Dosa yang dilakukan masa lalu menghantui perasaannya sehingga membuat dirinya selalu hina dengan masa lalunya, membuat dirinya merasa tidak pantas untuk menata masa depannya karena aib dan cacat yang melekat dalam dirinya
4.Pasrah dengan keadaan yang ada bagaimana bentuk keadaan tersebut.
Disaat kita hidup dalam kondisi tersebut kita merasa bahwa kita ditaqdirkan seperti itu dan tidak ada keinginan untuk mengubahnya. Padahal hal itu bisa diusahakan untuk dirubah. Kemiskinan yang melekat pada diri kita membuat kita merasa tetap miskin. Lingkungan tempat tinggal kita yang penuh dengan kemaksiatan membuat kita rela dan ikhlas menjalani itu semua. Padahal kita bisa mengubahnya dengan jalan Hijrah dari tempat itu misalnya.atau dengan jalan lain.
5. Selalu berbuat maksiat ataupun mendekati perbuatan maksiat atau sarana yang bisa mengantarkan kita kepada kemaksiatan tersebut.
Itulah diantara penyebab dan yang mendorong kita untuk tidak semangat menata masa depan.membuat stabilitas Iman kita menjadi menurun .
TIPS MENGATASI HAL TERSEBUT DIANTARANYA :
1.Jadikan Ibadah kita selama ini Adalah sebuah kebutuhan,bukan hanya sekedar kewajiban semata
Disaat kita membutuhkan sesuatu pasti kita tidak akan bosan dengan hal tersebut,contohnya makan, pernahkan kita merasa bosan untuk makan?tentu tidak. Kenapa karena kita butuh makan.jadikan ibadah sholat kita menjadi sebuah kebutuhan hidup kita jadikan ibadah tadabbur qur’an kita menjadi sebuah santapan pagi kita.
2.Hindari Sifat Menunda-Nunda
Sifat menunda-nunda sebuah pekerjaan ataupun ibadah adalah perbuatan setan. Itulah cara syaithan membisikkan kepada kita agar menunda ibadah kita dengan alas an kita masih muda, pekerjaan kita lagi tanggung atau dengan alasan yang lain yg membuat kita lengah. Salah satu cara atau tips agar jangan sampai bentrok antara waktu kerja dan ibadah adalah jangan mengerjakan sesuatu dekat dengan waktu sholat . ketika teringat langsung kerjakan
3. Hindari Kehidupan yang menyendiri
Hidup sendiri atau bersunyi dari keramaian mengundang potensi dosa,apalagi zaman sekarang ini dimana technologi dan alat komunikasi sudah begitu mudah masuk kekamar-kamar kita. Internet misalnya begitu mudah akses yg kita peroleh. Maka untuk menghindari hal itu maka seringlah duduk bersama orang-orang sholeh baik dimajelis dzikir ataupun dengan mengisi kegiatan yang bermamfaat bersama teman-teman lain atau ditempat keramaian yg tidak dipenuhi dgn maksiat seperti mesjid misalnya atau perpustakaan.
Ingatlah sebuah pepatah mengatakan : bahwa biasanya harimau biasa memangsa kambing yang berjalan sendirian.
4. Berusahalah Untuk Senantiasa Agar Bisa Husnul khatimah
Diantaranya adalah dengan jalan mengingat kematian yang datangnya pasti tapi tidak diketahui kapan datangnya. Atau dengan menjaga diri agar jangan sampai mencintai dunia dan selalu mengingat bahwa amalan itu bikhaatimiha ( akhir hayat kitalah yang akan menentukan )
5. Berdo’alah kepada Allah agar senantiasa ditetapkan hati kita dalam keadaan beriman
Akhiru da’waana Alhamdulillahi washsholaatu ala rasulihi
Referensi ;
1. Kitab Tsawabitul Iman ba’da ramadhan (menjaga Stabilitas Iman Pasca Ramadhan) DR.Shalah sulthan
2. Muhadharah fi Intikaasat asbabuha wa 'ilaajuha - Syaikh Abu Muadz Al Mahalliy
Bersambung...InsyaAllah
copas dari Zahra Amaluna
ABU BAKAR PUN PERNAH BERSALAH DAN MEMINTA MAAF
Tiada manusia yang luput dari salah kecuali Rasulullah. Sebaik-baik yang bersalah adalah meminta maaf. Gharizatun baqa' yang tinggi terkadang menjadikan diri kita seakan susah untuk meminta maaf atau pun memaafkan. Para sahabat, manusia yang dijanjikan surga oleh Allah juga pernah melakukan kesalahan.
Alkisah, suatu ketika terjadi perselisihan diantara sahabat Rasulullah yakni, Abu Dzar dan Bilal. Abu Dzar marah dan berkata kepada Bilal, "Wahai anak orang kulit hitam." Bilal pun mengadukan hal ini kepada Rasulullah. beliau lalu memanggil Abu Dzar dan bertanya, "Apakah engkau sudah menghina Fulan?"
"Benar," jawab Abu Dzar.
Rasulullah bertanya lagi, "Apakah engkau mennyindir ibunya?"
Abu Dzar menjawab, "Siapa pun yang menghina orang lain, ayah dan ibunya pasti ikut disindirnya, ya Rasulullah." Rasulullah menukas, "Dalam dirimu masih ada sifat jahiliyah"
Abu Dzar bertanya, "Apakah ada kesombongan dalam diriku?
"Ya, ada." Jawab Rasulullah.
Beliau bersabda, "Bagaimanapun mereka tetap saudara kalian. Allah swt telah menjadikan mereka berada di bawah kekuasaan kalian. Barang siapa saudaranya ada di bawah kekuasaannya, dia harus memberinya makan dari makanan yang dia makan, memberinya pakaian seperti halnya yang ia pakai, dan tidak membebaninya dengan pekerjaan melebihi kemampuannya, dia harus membantunya."
Apakah kiranya yang dilakukan oleh Abu Dzar? Yang dilakukan oleh beliau adalah menemui Bilal lalu meminta maaf, duduk di atas tanah di depan Bilal, membungkuk hingga pipinya menempel di atas tanah seraya berkata, "Wahai Bilal, injaklah pipiku ini."
Suatu hari terjadi dialog antara sahabat Nabi Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash Shiddiq. Dalam dialog tersebut Abu Bakar membuat Umar marah. Umar pun beranjak dari hadapan Abu Bakar. Lalu Abu bakar mengejar Umar seraya meminta maaf di belakangnya hingga pengejarannya sampai ke rumah Umar. Umar lalu membanting pintu rumahnya.
Abu Bakar lantas menemui Rasulullah, duduk dan tak mengucap sepatah kata pun. Tak lama kemudian Umar menyesali sikapnya terhadap Abu Bakar, lalu Umar pergi menemui Rasulullah. Ia menceritakan seluruh kejadiannya, mulai dari tak mengacuhkan Abu Bakar hingga tak memaafkannya. Mendengar hal ini Rasulullah murka. Abu Bakar berkata, "Demi Allah ya Rasulullah, sayalah yang telah mendzaliminya, sayalah yang telah mendzaliminya." Abu Bakar terus membela Umar dan meminta maaf untuknya.
Rasul lalu bertanya kepada sahabat lainnya, "Apakah kalian meninggalkan sahabatku ini? Ketika aku berkata, 'Wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepada kalian,'kalian menjawabku, 'Engkau berdusta.' hanya abu Bakar yang menjawab, 'Engkau benar'."
Sungguh luar biasa sahabat Abu Bakar (orang yang membenarkan Rasul sebagai utusan tatkala orang lain mengatakan dusta). Beliau adalah sahabat Rasul yang sangat dicintainya. Surga sudah menjadi tempat kembalinya. Namun tatkala dia bersalah, tiada mengingkari kesalahannya, justru mengakuinya dan mengatakan bahwa dirinyalah yang salah. Allahu Akbar. Pertanyaannya, "Bagaimanakah dengan kita"?
Sumber: Istamti' Bihayatika by Dr Muhammad Areifi
Jumat, 15 November 2013
SIAPA MUSTAFA KEMAL ATTARTUK?
Hinanya Kematian Mustafa Kemal Attatürk yang Dikenal sebagai ‘Bapak
Modernisasi Turki’ dari perspektif Barat, dia sebenarnya adalah tokoh
yang meng’sekuler’kan dan ‘membunuh’
syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika bukan Mustafa Kemal Attatürk yang
diberi gelar Al-Ghazi (orang yang memerangi). "Attatürk" berarti "Bapak
Orang Turki". Attatürk adalah orang yang bertanggung jawab meruntuhkan
Khilafah Islam Turki pada tahun 1924. H.S. Armstrong, salah seorang
pembantu Attatürk dalam bukunya yang berjudul Al-Zi’bu Al-Aghbar atau
Al-Hayah Al-Khasah Li Taghiyyah telah menulis: "Sesungguhnya Attatürk
adalah keturunan Yahudi, nenek moyangnya adalah Yahudi yang pindah dari
Spanyol ke pelabuhan Salonika". Golongan Yahudi ini dinamakan dengan
Yahudi "Daunamah" yang terdiri dari 600 keluarga. Mereka mengaku
beragama Islam hanya sebagai identitas, tetapi masih menganut agama
Yahudi secara diam-diam. Ini diakui sendiri oleh bekas Presiden Israel,
Yitzak Zifi, dalam bukunya Daunamah terbitan tahun 1957. Attatürk
mengubah ucapan Assalamualaikum menjadi Marhaban Bikum (Selamat Datang),
melarang menggunakan busana Islam dan sebaliknya mewajibkan memakai
pakaian ala Barat. Dalam tempo beberapa tahun saja, dia berhasil
menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha serta
melarang kaum muslim menunaikan ibadah Haji, melarang poligami dan
melegalkan perkawinan wanita muslim dengan non muslim. Dia membatalkan
libur pada hari Jum'at, melarang adzan dalam bahasa Arab dan
menggantinya dengan bahasa Turki. Tindakan yang dilakukan oleh Attatürk
ini nyata sekali telah memisahkan budaya Turki dari akar agama Islam dan
menghapuskan Islam sebagai agama resmi negara Turki. Attatürk berusaha
keras untuk menghancurkan para penentangnya. Dia membakar
majelis-majelis, menangkap para pimpinan majelis dan juga mengawasi para
ulama. Attatürk pernah menegaskan bahwa “negara tidak akan maju kalau
rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”. Dia menggalakkan minum
arak secara terbuka, mengubah Al-Quran yang kemudian dicetak dalam
bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur
Arab dan Parsi. Attatürk mengubah Masjid Besar Aya Sofia menjadi gereja
dan setengahnya untuk musium, menutup masjid serta melarang shalat
berjamaah, menghapuskan Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim
dan fakir miskin. Dia membatalkan undang-undang waris, faraid secara
Islam, menghapus penggunaan kalendar Islam dan mengganti huruf Arab ke
dalam huruf Latin. Attatürk mengganggap dirinya tuhan sama seperti
firaun. Ketika itu ada seorang prajurit ditanya “siapa tuhan dan di mana
tuhan tinggal?” karena takut, prajurit tersebut menjawab "Kemal
Attatürk adalah tuhan”, dia tersenyum dan bangga dengan jawaban yang
diberikan. Saat-saat menjelang kematiannya, Allah mendatangkan kepadanya
beberapa penyakit yang membuatnya tersiksa dan tak dapat menanggung
azab yang Allah berikan di dunia, diantaranya penyakit kulit dimana dia
merasakan gatal di sekujur tubuh. Dia juga menderita penyakit jantung
dan darah tinggi. Kemudian rasa panas sepanjang hari, tidak pernah
merasa sejuk sehingga pompa air dikerahkan untuk menyirami rumahnya
selama 24 jam. Attatürk juga menyuruh para pembantunya untuk meletakkan
kantong-kantong es di dalam selimut untuk membuatnya sejuk. Maha Suci
Allah, walau telah berusaha keras, tidak ada yang dapat mereka lakukan
untuk mengusir rasa panas itu. Oleh karena tidak tahan dengan panas yang
dirasakan, dia menjerit sangat keras hingga seluruh istana
mendengarnya. Karena tidak tahan mendengar jeritan, para pembantunya
membawa Attatürk ke tengah lautan dan diletakkan dalam kapal dengan
harapan beliau akan merasa sejuk. Maha Besar Allah, panasnya tak juga
hilang!! Pada 26 September 1938, dia pingsan selama 48 jam disebabkan
panas yang dirasakannya dan kemudian sadar tetapi dia hilang ingatan.
Pada 9 November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya
meninggal dunia. Ketika itu tidak ada yang mau mengurus jenazahnya
sesuai syariat. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik
perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan,
mengkafankan dan menshalatkannya. Tidak cukup sampai disitu, Allah
tunjukkan lagi azab ketika mayatnya akan dimakamkan. Sewaktu mayatnya
hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat dibayangkan bagaimana
jika tanah tidak menerimanya). Karena tidak diterima tanah, mayatnya
diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam musium yang diberi nama
EtnaGrafi selama 15 tahun hingga tahun 1953. Setelah 15 tahun mayatnya
hendak dikuburkan kembali, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak
menerimanya. Sampai akhirnya mayat Attaturk dibawa ke satu bukit dan
disimpan dalam celah-celah marmer seberat 44 ton. Lebih menyedihkan
lagi, ulama-ulama yang sezaman dengan Attatürk mengatakan bahwa
jangankan bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak akan menerimanya.
Naudzubillah.
Minggu, 10 November 2013
TELADAN YANG BAIK
Umar Bin Abdul Azis, Kehati – Hatian Yang Bermakna
Hari
itu cuaca teramat panas, matahari memancar terik sejak pagi, anak
Khalifah Umar bin Abdul Azis yang paling bungsu sehabis bermain sejak
pagi berasa sangat lapar lalu meminta makanan daripada ibunya. Tetapi
ketika itu isteri Khalifa, Fatimah belum memasak sesuatu apapun.
“Pergilah berjumpa dengan ayahmu di baitulmal, mungkin dia dapat memberikan kamu sesuatu yang dapat dimakan,” kata Fatimah.
Anak itupun berlari lari riang dan lucu mencari ayahnya. Ketika itu ia melihat ayahnya Khalifah Umar bin Abdul Azis masih bersama beberapa orang pegawainya untuk menimbang sejumlah buah apel untuk dibagikan kepada mereka yang layak menerimanya.
Tiba tiba masuk seorang buah hati Khalifah yang kecil itu menuju tumpukan buah apel, lalu mengambil sebuah apel dari tumpukkan dan lalu hendak memakannya. Khalifah Umar bin Abdul Azis melihat anak kesayangannya mengambil dan khalifah segera merebut paksa buah apel itu dari mulut anaknya hingga buah hatinya menangis lalu berlari pulang ke rumahnya.
“Wahai Amirul Mukminin, anakmu itu sedang lapar, toh kita masih mempunyai stok banyak buah apel untuk diberikan kepada orang banyak, sekiranya hilang satu buah, tentu tidaklah menjadi kerugian,” kata Sahal, adik Khalifah Umar bin Abdul Azis yang turut berada dan menyaksikan kejadian tersebut.
Sahal, tidak sampai hati melihat keponakannya yang sedang lapar itu menangis ketika sebuah apel yang hendak dimasukkan kedalam mulut yang direbut oleh ayahnya.
Khalifah Umar Abdul Azis hanya berdiam diri mendengar kata kata adiknya ini. Hatinya sendiri ketika itu sedang gelisah. Dia terpaksa memilih antara keridhaan Allah dengan keinginan anak kesayangannya. Dia memilih mengutamakan keridhaan Allah.
Selesai kerjanya di baitulmal, Khalifah Umar pulang segera ke rumah. Ditemui anak bungsunya yang sedang lucu lucunya, dan dia memeluk dan mencium buah hatinya, tapi dia mencium harumnya buah apel pada mulut si bungsu anaknya, Khalifah Umar segera memanggil Isterinya , Fatimah.
“Wahai Fatimah, darimana kamu dapatkan buah apel untuk anak kita?” Tanya Khalifah Umar bin Abdul Azis.
“Anak itu sedang kelaparan tadi siang , dan ia ingin sekali memakan buah apel, lalu akhirnya saya belikan sebuah di pasar, apel itulah yang dimakannya untuk menahan rasa laparnya.” Jawab Fatimah.
Dengan wajah lapang dan sambil menangis Khalifah Umar bin Abdul Azis pun bercerita kejadian tadi siang terkait dengan anak bungsunya dan ia berkata,”Wahai isteriku Fatimah, ketika saya merebut buah apel itu dari mulut anak kita, sungguh, saya merasakan seperti merengut jantung saya sendiri. Tetapi apa daya karena saya sangat takut akan api neraka yang akan membakar anak kita, jadinya saya rebut buah apel itu dari mulutnya.
Begitulah seorang hamba Allah, seorang Khalifah , mu’min ,muttaqin, yang mencontohkan kehati hatiannya , yang mengharapkan seluruh keluarga bahkan rakyatnya untuk mencapai surga Allah, beliau sangat khawatir barang barang haram memasuki aliran darah di keluarganya.
Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan pemimpin dan pejabat Negara ini…bagaimana dengan keturunan mereka? Apakah menikmati hasil atau harta harta Negara atau fasilitas Negara yang di atur atur…Ya Allah lindungi kami dan keluarga kami, para pemimpin kami , para ustadz kami, dan seluruh kaum muslim agar kami dan mereka memperhatikan apa apa rezeki yang dinikmatinya…
sumber: era muslim
“Pergilah berjumpa dengan ayahmu di baitulmal, mungkin dia dapat memberikan kamu sesuatu yang dapat dimakan,” kata Fatimah.
Anak itupun berlari lari riang dan lucu mencari ayahnya. Ketika itu ia melihat ayahnya Khalifah Umar bin Abdul Azis masih bersama beberapa orang pegawainya untuk menimbang sejumlah buah apel untuk dibagikan kepada mereka yang layak menerimanya.
Tiba tiba masuk seorang buah hati Khalifah yang kecil itu menuju tumpukan buah apel, lalu mengambil sebuah apel dari tumpukkan dan lalu hendak memakannya. Khalifah Umar bin Abdul Azis melihat anak kesayangannya mengambil dan khalifah segera merebut paksa buah apel itu dari mulut anaknya hingga buah hatinya menangis lalu berlari pulang ke rumahnya.
“Wahai Amirul Mukminin, anakmu itu sedang lapar, toh kita masih mempunyai stok banyak buah apel untuk diberikan kepada orang banyak, sekiranya hilang satu buah, tentu tidaklah menjadi kerugian,” kata Sahal, adik Khalifah Umar bin Abdul Azis yang turut berada dan menyaksikan kejadian tersebut.
Sahal, tidak sampai hati melihat keponakannya yang sedang lapar itu menangis ketika sebuah apel yang hendak dimasukkan kedalam mulut yang direbut oleh ayahnya.
Khalifah Umar Abdul Azis hanya berdiam diri mendengar kata kata adiknya ini. Hatinya sendiri ketika itu sedang gelisah. Dia terpaksa memilih antara keridhaan Allah dengan keinginan anak kesayangannya. Dia memilih mengutamakan keridhaan Allah.
Selesai kerjanya di baitulmal, Khalifah Umar pulang segera ke rumah. Ditemui anak bungsunya yang sedang lucu lucunya, dan dia memeluk dan mencium buah hatinya, tapi dia mencium harumnya buah apel pada mulut si bungsu anaknya, Khalifah Umar segera memanggil Isterinya , Fatimah.
“Wahai Fatimah, darimana kamu dapatkan buah apel untuk anak kita?” Tanya Khalifah Umar bin Abdul Azis.
“Anak itu sedang kelaparan tadi siang , dan ia ingin sekali memakan buah apel, lalu akhirnya saya belikan sebuah di pasar, apel itulah yang dimakannya untuk menahan rasa laparnya.” Jawab Fatimah.
Dengan wajah lapang dan sambil menangis Khalifah Umar bin Abdul Azis pun bercerita kejadian tadi siang terkait dengan anak bungsunya dan ia berkata,”Wahai isteriku Fatimah, ketika saya merebut buah apel itu dari mulut anak kita, sungguh, saya merasakan seperti merengut jantung saya sendiri. Tetapi apa daya karena saya sangat takut akan api neraka yang akan membakar anak kita, jadinya saya rebut buah apel itu dari mulutnya.
Begitulah seorang hamba Allah, seorang Khalifah , mu’min ,muttaqin, yang mencontohkan kehati hatiannya , yang mengharapkan seluruh keluarga bahkan rakyatnya untuk mencapai surga Allah, beliau sangat khawatir barang barang haram memasuki aliran darah di keluarganya.
Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan pemimpin dan pejabat Negara ini…bagaimana dengan keturunan mereka? Apakah menikmati hasil atau harta harta Negara atau fasilitas Negara yang di atur atur…Ya Allah lindungi kami dan keluarga kami, para pemimpin kami , para ustadz kami, dan seluruh kaum muslim agar kami dan mereka memperhatikan apa apa rezeki yang dinikmatinya…
sumber: era muslim
Jumat, 08 November 2013
SAAT NIKMAT ITU TERCABUT
Dunia semakin modern. Perkembangan IPTEK kian berkembang pesat. Hanya dalam hitungan detik mampu berkomunikasi dengan manusia lain seantero jagad. Terkadang berjumpa dengan sahabat dalam satu kota berawal dari dumay (FB, twitter dan jejaring sosial lainnya). Begitu juga dengan perkenalanku dengan seorang sahabat FB yang juga dalam satu kota, katakanlah Fulanah namanya. Kopdar pun berlanjut saat ia pulang dari kampus tempat ia menimba ilmu.
Wajahnya begitu berseri saat perjumpaan itu. Seakan kami sudah saling kenal lama. Hari berganti hari, sms, telp, PM biasa kami lakukan untuk tanya kabar dan lainnya. Tiada terasa tiba-tiba baru ku sadari ternyata lama tak ada status dari Fulanah yang nongol di berandaku. SMS nya pun tak ada yang masuk ke HP ku. Ku cek di dinding FB nya lama pula ia tak menulis status. Diri bertanya dalam hati, "ada apa dengan adik Fulanah ya? Sudah lulus belum kuliahnya? Rasanya lama banget tak ada kabar". Untuk mengobati penasaran tersebut, kebetulan kenal dengan saudari yang sekampus dengannya yang kebetulan adik kelasnya lumayan jauh. Info darinya katanya Fulanah lagi sakit, lama tiada kuliah. Hati semakin penasaran dan khawatir. Biarpun hanya sekali bertemu, namun ikatan akidah telah mampu membuat ikut merasakan apa yang ia rasakan.Segera sms ku kirimkan ke nomornya yang sempat ku simpan di HP, ku miscal aktif, namun tiada balasan sms saat ku tanya kabarnya.
Semakin penasaran apa kiranya yang terjadi dengan saudari ini. Kutanya ke sahabat lain yang juga satu kota katanya sakit hingga Fulanah tak mampu lagi berjalan. Hati semakin iba. Akhirnya Jumat siang 8 November 2013 ku berkunjung ke rumahnya. Ditemui kakak perempuan dan ibunya, mereka mengarahkanku ke kamar. Kudapatinya Fulanah terbaring di kamarnya. Benar yang dikata sahabat bahwa dia tak lagi bisa berjalan. Ya Allah ingin ku menangis, namun tak mungkin menangis di hadapan Fulanah.
Dialog antara aku dengan Fulanah pun mengalir. Ku tampakkan wajah dengan senyum, meski hati merasa sedih melihat kondisinya. Alhamdulillah tampak senyum manis dari bibirnya, meski ada sakit di badannya. Saat kutanya kudapati kronologinya demikian, ia terjatuh saat mengendarai sepeda motor (baru bisa naik sepeda motor), jatuh dan masuk sungai kecil, dan dalam posisi duduk. Rasa nyeri beberapa waktu (hitungan bulan) dan masih mampu kesana kemari, rumah-kampus di luar kota yang menempuh perjalanan sekita 6 jam masih mampu ia tempuh.Beberapa bulan kemudian rasa nyeri semakin menjadi-jadi hingga dirujuklah ia ke rumah sakit daerah sekitar 10 hari. Namun tiada disangka Allah mengujinya hingga harus seharian di kamar. Dipakai duduk nyeri, berjalan juga tak mampu lagi. Menurut keterangan ada masalah di tulang ekor dan pinggang.
Saat nikmat tercabut, manusia tiada mampu lagi melakukan ini dan itu. Hanya mampu berbekal kesabaran, tawakkal, berusaha berobat. Saat nikmat itu melimpah terkadang jarang kita syukuri, lupa akan nikmat Ilahi. Nikmat yang diberi begitu banyaknya hingga tak mampu lagi diri menghitungnya. Namun aktivitas terkadang minim manfaat. Ampuni kami ya Rabb.
Wajahnya begitu berseri saat perjumpaan itu. Seakan kami sudah saling kenal lama. Hari berganti hari, sms, telp, PM biasa kami lakukan untuk tanya kabar dan lainnya. Tiada terasa tiba-tiba baru ku sadari ternyata lama tak ada status dari Fulanah yang nongol di berandaku. SMS nya pun tak ada yang masuk ke HP ku. Ku cek di dinding FB nya lama pula ia tak menulis status. Diri bertanya dalam hati, "ada apa dengan adik Fulanah ya? Sudah lulus belum kuliahnya? Rasanya lama banget tak ada kabar". Untuk mengobati penasaran tersebut, kebetulan kenal dengan saudari yang sekampus dengannya yang kebetulan adik kelasnya lumayan jauh. Info darinya katanya Fulanah lagi sakit, lama tiada kuliah. Hati semakin penasaran dan khawatir. Biarpun hanya sekali bertemu, namun ikatan akidah telah mampu membuat ikut merasakan apa yang ia rasakan.Segera sms ku kirimkan ke nomornya yang sempat ku simpan di HP, ku miscal aktif, namun tiada balasan sms saat ku tanya kabarnya.
Semakin penasaran apa kiranya yang terjadi dengan saudari ini. Kutanya ke sahabat lain yang juga satu kota katanya sakit hingga Fulanah tak mampu lagi berjalan. Hati semakin iba. Akhirnya Jumat siang 8 November 2013 ku berkunjung ke rumahnya. Ditemui kakak perempuan dan ibunya, mereka mengarahkanku ke kamar. Kudapatinya Fulanah terbaring di kamarnya. Benar yang dikata sahabat bahwa dia tak lagi bisa berjalan. Ya Allah ingin ku menangis, namun tak mungkin menangis di hadapan Fulanah.
Dialog antara aku dengan Fulanah pun mengalir. Ku tampakkan wajah dengan senyum, meski hati merasa sedih melihat kondisinya. Alhamdulillah tampak senyum manis dari bibirnya, meski ada sakit di badannya. Saat kutanya kudapati kronologinya demikian, ia terjatuh saat mengendarai sepeda motor (baru bisa naik sepeda motor), jatuh dan masuk sungai kecil, dan dalam posisi duduk. Rasa nyeri beberapa waktu (hitungan bulan) dan masih mampu kesana kemari, rumah-kampus di luar kota yang menempuh perjalanan sekita 6 jam masih mampu ia tempuh.Beberapa bulan kemudian rasa nyeri semakin menjadi-jadi hingga dirujuklah ia ke rumah sakit daerah sekitar 10 hari. Namun tiada disangka Allah mengujinya hingga harus seharian di kamar. Dipakai duduk nyeri, berjalan juga tak mampu lagi. Menurut keterangan ada masalah di tulang ekor dan pinggang.
Saat nikmat tercabut, manusia tiada mampu lagi melakukan ini dan itu. Hanya mampu berbekal kesabaran, tawakkal, berusaha berobat. Saat nikmat itu melimpah terkadang jarang kita syukuri, lupa akan nikmat Ilahi. Nikmat yang diberi begitu banyaknya hingga tak mampu lagi diri menghitungnya. Namun aktivitas terkadang minim manfaat. Ampuni kami ya Rabb.
LEMAH LEMBUT BUKAN BERARTI KOMPROMI
Perangai Rasulullah lemah lembut l menyikapi kejahatan
dengan kebaikan l namun urusan pelaksanaan hukum syariat tak ada lagi tawar
menawar
Syahdan ada wanita dari Bani Makhzum kalangan bangsawan yang
suka meminjam barang dari wanita2 lainnya namun ia pura2 lupa mengembalikannya
Bila ditagih ia mengelak dan memungkirinya hingga
kebiasaanya ini menjadi-jadi l diadukannya berita ini kepada Rasullullah
Beliau menjatuhkan hukum potong tangan kepada wanita Bani
Makhzum tsb l Suku Quraisy keberatan dengan hal ini l lalu meminta Usamah bin
Zaid untuk meayu Rasulullah
Lalu Usamah berbicara kepada Rasul agar beliau meringankan
hukumannya sebab wanita tsb dari kalangan bangsawan l Rasul berkata
"Apakah engkau meminta syafaat untuk satu persoalan yang berhubungan dengan
hukum Allah wahai Usamah?" dengan nada tampak marah dari raut muka beliau.
Ketika malam tiba beliau saw berdiri dan berkhutbah di
hadapan para sahabat. Dalam khutbahnya "Amma ba'du. Sesungguhnya umat-umat
sebelum kalian hancur karena apabila ada seorang bangsawan mereka mencuri,
mereka membiarkannya. Tetapi jika yang mencuri adalah orang yang lemah, mereka
menjatuhkan hukuman padanya. Aku, demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
seandainya Fahimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan kupotong tangannya.
Allahu Akbar, meski lembut perangainya namun untuk penerapan
hukum Allah, beliau sangat tegas. Tidak ada kompromi, sangat berbeda jauh
dengan zaman sekarang. Kebanyakan orang mengaku dan ber-KTP Islam namun
tawar-menawar hukum Allah dan tunduk patuh pada hukum manusia dengan alasan
demokratis, toleransi. Memang zaman kapitalisme condong dihinggapi sepilis
(sekulerisme, pluralisme, liberalisme)
Selasa, 05 November 2013
Pahlawan Islam
Kata pahlawan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari dua kata (b. sansekerta): pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan
adalah sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia kita dapatkan gelar pahlawan yang tertambatkan kepada
Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Sultan Hasanudin, KH Ahmad Dahlan,
Tuanku Imam Bonjol dan lainnya. Berdasarkan sejarah, perjuangan mereka
dilandasi semangat nasionalisme. Namun, jika dikaji lebih dalam,
perjuangan para pahlawan itu bukanlah karena semangat nasionalisme,
tetapi karena semangat berjihad fi sabilillah. Para pahlawan sadar bahwa
penjajahan dan penindasan orang-orang kafir atas umat Islam wajib
dilawan. Karena itulah mereka merelakan jiwa, raga, pikiran untuk
perjuangan suci ini.
Di
era Kapitalisme ini, makna pahlawan seakan menjadi ambigu. Sebagai
contoh, versi kaum liberal, para pejuang sepilis (sekulerisme,
pluralisme, liberalisme) mereka nobatkan sebagai pahlawan. Perjuangan
mereka mendapat dukungan dari para musuh Islam. Siang-malam mereka
menggencarkan opini sepilis hanya demi iming-iming materi (uang). Di
sisi lain, mereka menganggap teroris kaum Muslim yang memperjuangkan
syariah Islam. Para pejuang syariah Islam sering disebut sebagai
kalangan Islam radikal. Lalu yang manakah yang sejatinya layak disebut
pahlawan? Pejuang sepilis, nasionalisme, ataukah pejuang syariah Islam?
Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda, “Bukan
dari golongan kami siapa saja yang mengajak pada ‘ashabiyah, bukan pula
dari golongan kami orang yang berperang karena ‘ashabiyah, dan tidak
juga termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah.” (HR Abu
Dawud).
Sebaliknya,
dalam Islam pahlawan adalah mereka yang menyeru agar umat masuk Islam
secara keseluruhan, berjuang di jalan Allah, menaati perintah-Nya secara
totalitas; bukan mereka yang menyeru hukum manusia. Perjuangan itu
bukan berlandaskan golongan, suku, nasionalisme; tetapi karena dorongan
akidah (agama). Jika para sepilis dan nasionalis begitu getol
memperjuangkan sepilis-nasionalismenya
hanya karena materi, maka pejuang syariah Islam tentu harus lebih
gencar dan semangat karena balasan yang kekal (ridha Allah dengan
surga-Nya). WalLahu ‘alam. [Anna Mujahidah; Guru di Bojonegoro Jatim]
dimuat di Al Waie edisi November 2013
Langganan:
Postingan (Atom)