IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Rabu, 23 Januari 2013

VALENTINE DAYS (V-DAYS)??? GAK GUE BANGETSSS


VALENTINE DAYS (V-DAYS)??? GAK GUE BANGETSSS
Sejarah Valentine
Mengenai sejarah V-Days ada beberapa versi, diantaranya:
Pertama, Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik dan diberi gelar sebagai orang suci (Santo) oleh orang-orang Kristen. Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 - 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan  potensial dalam berperang.
Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang rajapun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati.
Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, di dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum Valentine dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya : ' From Your Valentine '
Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine. Itulah sejarah hari Valentine yang ternyata untuk mengenang dan memperingati dua orang suci Kristen Katolik yang mengorbankan jiwanya demi kasih sayang.
Kedua, pada masa Romawi Kuno, tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan –dewi cinta. Pada tanggal 14 Pebruari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas sebagai, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Dari uraian sejarah Valentine dan hubungannya dengan peradaban Barat saat ini dapat diringkas bahwa Valentine merupakan :
1. Ritual yang bersumber dari Kristen yang dikukuhkan oleh Paus Galasius untuk mengenang orang suci Kristen yaitu Santo Valentine dan Santo Marius.
2. Ritual orang-orang Romawi kuno yang pagan (penyembah berhala) untuk memperingati dewi Juno yaitu ratu dari segala dewa-dewi bagi perempuan dan perkawinan ( dewi cinta). Ritual bangsa Eropa pada abad pertengahan untuk mencari jodoh.
4. Media Barat untuk mengkokohkan cengkraman peradaban Barat.,
Dari keempat jati diri Valentine tersebut, tidak satupun yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, alasannya : 
Pertama, Valentine merupakan ritual keagamaan yaitu agama Kristen, sehingga Valentine merupakan ibadah bagi agama Kristen, bukti bahwa Valentine sebagai ritual agama Kristen adalah ritual Valentine tersebut dikukuhkan oleh seorang Paus yaitu Paus Galasius untuk memperingati dua orang yang diberi gelar orang suci oleh orang-orang Kristen. Bagi Muslim mengikuti Valentine tersebut adalah sama dengan mengikuti peribadatan orang Kristen, di samping itu ada bahaya yang lain yaitu sinkretisasi antara agama Islam dan Kristen, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk tidak mencampuradukkan ajaran agama Islam dengan ajaran agama manapun termasuk Kristen : Bagimu agamamu, bagiku agamaku. QS. 109:1-6
Kedua, Valentine untuk memperingati/memuja dewi Juno adalah ritual yang dilakukan oleh orang-orang romawi Kuno yang menyembah berhala/dewa, sehingga mengikuti ritual ini dapat bernilai kesyirikan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Romawi Kuno yang menyembah berhala. Bedakan diri kalian dari orang-orang Musyrik. HR. Bukhari-  Muslim
 Ketiga, Valentine sebagai sarana untuk mencari jodoh oleh orang-orang Eropa, mereka bertahayul bahwa kasih sayang akan mulai bersemi pada tanggal 14 Pebruari, tahayul adalah salah satu bentuk kesyirikan, sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengikutinya.
Keempat, Valentine sebagai media barat telah diakui daya rusaknya terhadap tatanan masyarakat timur apalagi Islam, mengiktui Valentine bukan saja sekedar pesta untuk menyatakan kasih sayang, tetapi juga pesta yang mau-tidak-mau harus mengikutkan budaya yang lainnya, pergaulan bebas, fashion, pakaian minim, ciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, hidup glamour, materialistis, dansa-dansa, mengumbar nafsu dan lain-lain. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, ia akan termasuk golongan mereka. (HR. Ahmad)
 Tidak dapat dipungkiri lagi, Valentine adalah salah satu pintu masuk untuk menjadi sama dengan mereka (kaum kafir)
Itulah jatidiri Valentine dan kedudukannya terhadap agama Islam, banyak muda-mudi yang mengikuti Valentine hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak mengetahui apa dan bagaimana Valentine yang sesungguhnya, mereka ikut hanya karena pernah melihat ada yang jualan kartu Valentine atau menerima kartu valentine, atau karena pernah diajak temannya ikut acara Valentine, atau karena pernah melihat propaganda Valentine di majalah-majalah, tv, film dan lain sebagainya, terhadap sikap para muda-mudi yang mengikut saja terhadap apa yang tidak diketahuinya, Allah SWT telah memberikan peringatan : Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. QS. 17:36
 Padahal muda-mudi gaul sering berkata untuk memberi kesan/nilai negatif kepada temannya dengan perkataan ‘sok tahu lu’ ternyata mereka sendiri terhadap Valentine juga sok tahu. Wallahu a’lam. (AMM)





DENGAN ILMU KU MELANGKAH KE SURGA


DENGAN ILMU KU MELANGKAH KE SURGA
Pada diri seorang muslim, senantiasa terikat dengan aturan Islam, bukan aturan selainnya. Standart yang digunakan adalah halal dan haram. Untuk mengetahui sesuatu tersebut halal ataukah haram membutuhkan ilmu. Menuntut ilmu merupakan kewajiban pada diri muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim. [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Firman Allah SWT dalam surat Mujadalah 11 yang artinya Allah meninggikan derajat orang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Kebodohan adalah salah satu sebab utama seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kefasikan, bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Kebaikan anak Adam adalah dengan iman dan amal shalih, dan tidaklah mengeluarkan mereka dari kebaikan, kecuali dua perkara: Pertama: Kebodohan, kebalikan dari ilmu, sehingga orang-orangnya akan menjadi sesat. Kedua: Mengikuti hawa-nafsu dan syahwat, yang keduanya ada di dalam jiwa. Sehingga orang-orang akan mengikuti hawa-nafsu dan dimurkai (oleh Allah)”. (Majmu’ Fatawa 15/242)
Demikian juga orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan kebodohan, maka sesungguhnya mereka lebih banyak merusak daripada membangun! Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salafush Shalih: Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu’ Fatawa 25/281)
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Oleh karena bahaya penyakit kebodohan yang begitu besar, maka agama memberikan resep obat untuk menghilangkan penyakit tersebut. Yaitu mewajibkan para pemeluknya untuk menuntut ilmu.
Demikian juga Alloh Ta’ala memerintahkan kepada umat untuk bertanya kepada ulama mereka. Firman Alloh:
Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. 21:7)
YANG DIMAKSUD DENGAN ILMU
Yang dimaksudkan ilmu di sini adalah ilmu syar’i, ilmu yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, dan diwariskan kepada para ulama pewaris para Nabi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya –dengan hal itu- Allah jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan surga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Baramngsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak. [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya; Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
 Marilah kita perhatikan hadits yang agung ini. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu pada awal kalimat, dan keutamaan ‘alim (orang yang berilmu) pada pertengahan kalimat, lalu pada akhir kalimat beliau n menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu yang diwariskan para Nabi, yaitu ilmu agama yang haq!
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Telah diketahui bahwa ilmu yang diwariskan oleh para Nabi adalah ilmu syari’at Allah ‘Azza wa Jalla, bukan lainnya. Sehinga para Nabi tidaklah mewariskan ilmu tekhnologi dan yang berkaitan dengannya kepada manusia.” [Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh Al-Utsaimin]
Ini bukan berarti bahwa ilmu dunia itu terlarang atau tidak berfaedah. Bahkan ilmu dunia yang dibutuhkan oleh umat juga perlu dipelajari dengan niat yang baik.
Beliau juga berkata: “Yang kami maksudkan adalah ilmu syar’i, yaitu: ilmu yang yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, yang berupa penjelasan-penjelasan dan petunjuk. Maka ilmu yang mendapatkan pujian dan sanjungan hanyalah ilmu wahyu, ilmu yang diturunkan oleh Allah”. [Kitabul ilmi, hal: 11, karya Syeikh Al-Utsaimin]
Inilah kewajiban kita, kaum muslimin, baik terpelajar atau awam. Kita wajib mengetahui dan memahami apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan apa-apa yang Dia larang.
KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
Sesungguhnya keutamaan menuntut ilmu sangat banyak, di sini cukuplah kami sebutkan beberapa faedah dari hadits di atas yang telah kami sampaikan:
1.       Allah memudahkan jalan ke sorga bagi orang yang menuntut ilmu.
2.       Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi.
3.       Seorang ‘alim dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air.
4.       Keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.
5.       Para ulama itu pewaris para Nabi.
Al Ghazzali berkata :
Agama tidak teratur kecuali dengan teraturnya dunia, karena sesungguhnya dunia itu adalah ladang akhirat. Dunia adalah alat yang menyampaikan kepada Allah ‘Azza wa Jalla bagi orang yang mengambilnya (dunia) sebagai alat dan persinggahan, bukan bagi orang yang menjadikannya sebagai tempat menetap dan tanah air.
Semoga Alloh memberikan semangat kepada kita semua untuk menuntut ilmu agama dan mengamalkannya, sehingga meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
Imam Ali lebih memilih ilmu daripada harta
Dengan ilmu kita bisa cari harta, belum tentu dengan harta kita bisa mencari ilmu
Jika  ilmu diberikan kepada orang lain akan semakin mantab, lain halnya dengan harta, makin diberikan kepada orang makin berkurang
Harta kita yang menjaga, tapi ilmu dia menjagamu
Banyak harta makin makin bingung menjaganya, makin banyak ilmu, makin terjaga kepribadian
Ilmu lebih utama daripada Harta ==== KH Zainuddin MZ=========
By: Liya Y (Anna Mujahidah Mumtazah)
UKKI on air 16 januari 2013

HIDAYAH ITU PILIHAN ATAU DOKTRIN??

                     HIDAYAH ITU PILIHAN ATAU DOKTRIN???
Secara syar’i, al-huda atau al-hidâyah adalah mendapat petunjuk atau terbimbing pada Islam dan beriman terhadapnya.
Di dalam al-Quran, kata hadâ dan turunannya dinyatakan sebanyak 316 kali di 96 surat. Dari semua ayat itu bisa disarikan, hidayah yang diberikan oleh Allah kepada manusia di dunia ada tiga macam. 
Pertama: Hidâyah al-Khalq (hidayah penciptaan). Intinya, Allah telah menciptakan dalam diri manusia adanya fitrah berupa gharîzah at-tadayyun (naluri beragama), kebutuhan dan pengakuan kepada al-Khâliq; dan qâbiliyah (kesediaan) untuk cenderung pada kebaikan maupun keburukan (QS al-Balad: 10 “dan kami telah menunjukan kepadanya dua jalan (kebaikan       dan keburukan)”; asy-Syams: 7-8 “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya”. Allah juga menciptakan akal atau kemampuan berpikir untuk memahami dan membedakan yang baik dari yang buruk. Orang yang tidak memperoleh hidayah jenis ini, yaitu orang yang tidak sempurna atau tidak waras akalnya, tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Kedua: Hidâyah al-Irsyâd wa al-Bayân (hidayah petunjuk/bimbingan dan penjelasan), yaitu berupa penjelasan, petunjuk dan bimbingan yang diberikan Allah dengan risalah yang dibawa oleh Rasul. Di dalamnya terdapat penjelasan tentang keimanan dan kekufuran, kebaikan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk akan jalan hidup yang diridhai Allah dan yang tidak, serta akibat dari masing-masingnya baik di dunia maupun diakhirat. Di sinilah al-Quran disebut petunjuk dan Rasul adalah orang yang memberi petunjuk (QS asy-Syura: 52 “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”; ar-Ra’d: 7 “Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.”; yaitu yang menyampaikan risalah, menjelaskannya dan menuntun serta membimbing ke jalan Allah.
Ketiga: Hidâyah at-Tawfîq (Hidayah Taufik). Tawfîq (taufik) kepada hidayah hanya berasal dari Allah Hidayah taufik inilah yang dinafikan dari Rasul saw. QS al-Qashash: 56 “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”. Taufik kepada hidayah itu adalah penyiapan sebab-sebab hidayah untuk manusia. Taufik berkaitan dengan sebab-sebab hidayah, atau sifat-sifat hidayah, yang jika seseorang menyifati diri dengannya maka ia akan mendapat petunjuk (hidayah). Allah tidak memberikan taufiknya secara paksa kepada manusia; melainkan ketika manusia sudah menerima hidâyah al-khalq, menggunakan gharîzah tadayun-nya dan menggunakan akalnya; lalu sampai padanya hidâyah al-irsyâd wa al-bayân melalui Rasul, pewaris Rasul, kaum Muslim atau sarana lainnya; kemudian ia memahaminya dan menerima hujah risalah itu, maka Allah akan memberinya taufik dan memudahkannya memahami hidayah dan mengambilnya dan hidup dengannya. Allah SWT berfirman: Orang-orang yang mencari petunjuk, Allah menambah mereka petunjuk dan memberi mereka (balasan) ketakwaannya (QS Muhammad [47]: 17).
Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (QS al-‘Ankabut [29]: 69).
Ketika seseorang berusaha mencari dan menjemput hidayah, Allah memberinya taufik sehingga ia mendapat hidayah. Dalam hal ini, Allah SWT tidak memaksa seseorang untuk mendapat hidayah. Allah juga tidak memaksa seseorang untuk sesat. Tidak ada orang yang dari sono-nya ditakdirkan mendapat hidayah atau sebaliknya, tersesat.
Memang ada sejumlah ayat yang menisbatkan hidayah dan kesesatan kepada Allah semata (misal: QS al-An’am [6]: 39, 125; al-A’raf [7]: 43; Yunus [10]: 35; ar-Ra’d [13]: 27; an-Nahl [16]: 93; al-Kahfi [18]: 17; al-Qashash [28]: 56 dan Fathir [35]: 8). Redaksi ayat-ayat ini maknanya jelas bahwa yang melakukan hidayah dan penyesatan adalah Allah, bukan hamba. Ini artinya bahwa seorang hamba tidaklah mendapat petunjuk karena dirinya sendiri melainkan jika Allah menunjukinya, dan sebaliknya jika Allah menyesatkannya, ia tersesat.
Banyak ayat menyatakan bahwa Allah memberikan pahala kepada orang yang mendapat petunjuk dan menjatuhkan siksa kepada orang yang tersesat serta menghisab perbuatan manusia. Apabila pelangsungan hidayah dan kesesatan dinisbatkan kepada Allah, artinya Allah yang memaksa manusia untuk mendapat hidayah atau tersesat, lalu Allah menimpakan siksa kepada orang yang tersesat dan menyiksa orang kafir, fasik, munafik dan pelaku maksiyat. Ini jelas merupakan kezaliman. Mahasuci Allah dari yang demikian, sekali-kali Dia tidaklah menzalimi hamba-Nya (QS 41: 17).
Dengan menghimpun semua ayat jelaslah bahwa Allah sematalah yang menciptakan hidayah dan kesesatan. Sebaliknya, hambalah yang menempuh ihtidâ’ (mencari petunjuk) sehingga ia mendapat hidayah, dan hambalah yang menempuh idhlâl (menempuh kesesatan dan penyesatan) sehingga ia tersesat dan bisa menyesatkan diri dan orang lain.
Seperti itulah kehendak dan keinginan (masyî‘ah wa irâdah) Allah SWT dalam hal ini. Allah SWT berfirman:
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (QS an-Nahl [16]: 93)
Maksud ayat ini bukanlah bahwa seseorang mendapat petunjuk karena paksaan dari Allah dan seseorang tersesat karena paksaan dari Allah. Maksudnya bukanlah bahwa Allah memaksa seseorang untuk sesat dan memaksa seseorang untuk mendapat petunjuk. Akan tetapi, maknanya adalah bahwa menurut kehendak dan keinginan (masyî‘ah wa irâdah) Allah, seseorang yang mencari petunjuk akan mendapat petunjuk dan siapa yang menempuh kesesatan akan tersesat. Jadi orang mendapat petunjuk maupun tersesat, semua itu sesuai dengan masyî‘ah wa irâdah Allah itu.
Jadi, Allah telah menciptakan dalam diri manusia qâbiliyah (kesediaan atau kapasitas) untuk kebaikan maupun keburukan. Allah juga telah menjelaskan jalan kebaikan atau jalan hidayah maupun jalan keburukan atau jalan kesesatan (QS asy-Syams: 8; al-Balad: 10). Lalu Allah membebaskan manusia untuk memilih jalan hidayah atau jalan kesesatan itu (QS al-Kahfi: 29 “Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”). Jika orang mencari dan menjemput hidayah, yaitu mengupayakan sifat-sifat hidayah ada dalam dirinya atau memilih jalan hidayah, maka Allah memberinya taufik sehingga ia mendapat hidayah dan Allah menambah hidayah kepadanya. Sebaliknya, jika orang mencari dan menjemput kesesatan atau memilih jalan kesesatan maka ia akan tersesat, Allah tidak memberinya taufik, bahkan Allah akan menambah kesesatannya.
(QS Al-Qashash [28]: 56).Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. ( Anna Mujahidah Mumtazah sumber al waie  karya ust Yahya A) 
 Kajian UKKI IKIP PGRI Bojonegoro 23 Januari 2013


Selasa, 01 Januari 2013

Upaya Barat Membendung Khilafah

Upaya Barat Membendung Khilafah

Perjuangan penegakan syariah dan Khilafah Islamiyah kian membahana. Opini syariah dan Khilafah mampu menembus tak hanya wilayah perkotaan, namun juga pedesaan. Dukungan dari masyarakat semakin pesat. Hal ini mengakibatkan para musuh Islam ideologis kebakaran jenggot. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membendung kesatuan umat ini. Mereka rela menanggalkan tidurnya untuk mengahalangi umat Islam dari kejayaannya. Pemetaan kaum Muslim menjadi Muslim radikal (garis keras) dan Islam liberal. Kelompok radikal (garis keras) adalah kaum Muslim yang memperjuangkan syariah Islam. Kelompok Liberal adalah kaum Muslim yang menggemborkan ide kebebasan, baik berpendapat, beragama, berperilaku. Kelompok ini cenderung setia pada thaghut, menggunakan hukum manusia, mengabaikan hukum sang Khalik.

Muncul pula istilah Islam fundamentalis vs moderat, Islam struktural vs kultural, Islam formalis vs substansialis, Islam radikal, Islam teroris dan istilah lain yang memecah-belah umat Islam. Kelompok Islam yang mendukung ide Barat seperti demokrasi, HAM, pluralisme disebut moderat. Yang menolak, mereka sebut radikal atau fundamentalis. Yang ingin menegakkan syariah Islam secara menyeluruh lewat negara disebut formalis. Yang menolak syariah Islam karena hanya menerima ide-ide moralitasnya saja disebut substansialis. Demikian adanya pemetaan ini, harapannya adalah agar opini buruk perjuangan syariah Islam merasuk ke pemikiran masyarakat.

Upaya mereka untuk mengadu domba umat adalah dengan pencitraan buruk dengan isu terorisme. Selain menjadi pengalihan isu berita kezaliman para penguasa, terbukti isu terorisme mampu mencitrakan buruk bagi pejuang Islam kaffah. Tidak sedikit yang menjadi korban dari adanya isu ini yang tidak lain adalah umat Islam sendiri. Dengan baju Densus 88, mereka dengan bebasnya menghabisi nyawa para pejuang agama Allah. Target operasi mereka adalah pejuang Islam kaffah. Meski tanpa ada bukti yang jelas, antek-antek Densus 88 langsung tembak dor di tempat kepada para korban yang diduga teroris meski tanpa pengkajian lebih lanjut. Dari sini diharapkan masyarakat akan semakin takut untuk mempelajari Islam, jika kaum muslim sendiri enggan mempelajari Islamnya, maka dengan mudah musuh melakukan intervensi dan semakin mudah untuk mencegah berdirinya negara Khilafah yang menerapkan syariah Islam.

Selain itu paham nasionalisme menjadi racun bagi kekuatan kaum muslim. Betapa tidak, umat menjadi terkotak-kotak dengan batas negara. Ikatan yang dibangun bukan berlandaskan akidah Islam, namun ikatan kebangsaan. Padahal Rasulullah saw. pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir yang artinya, “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim). WalLahu a’lam bi ash-shawab. [Anna Mujahidah Mumtazah; Guru dan Alumni Pendidikan Kimia UNESA Bojonegoro Jatim]
 Dimuat di http://hizbut-tahrir.or.id/2012/12/30/upaya-barat-membendung-khilafah/