ISLAM
AGAMA YANG BENAR, SEMPURNA DAN RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Sejak
kecil, keluarga dan mayoritas lingkungan sekitar adalah kalangan muslim. Sangat
melekat diingatan ketika duduk di bangku kelas 1 SD membaca buku PMP
(Pendidikan Moral Pancasila) yang pada saat ini PKn (Pendidikan
Kewarganegaraan). Di dalam buku tersebut menjelaskan keanekaragaman agama yang
ada di Indonesia. Diantaranya Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu,
Budha beserta tempat ibadahnya. Dalam hati saya bertanya, “Mengapa saya muslim?”
terbesit pula kalimat “jangan-jangan Islam bukanlah agama yang benar. Jika
Islam bukan agama yang benar, mungkinkah saya bisa masuk surga? Lalu agama mana
yang benar?”
Akal
yang belum sempurna menjadikan masa kecil belum bisa menjawab dengan benar. Boleh
dikatakan agama di masa kecil merupakan agama keturunan. Bisa jadi jika
terlahir dari orang tua Nasrani, agama yang dianut juga Nasrani. Namun tidak boleh
mencukupkan sampai di situ. Perlu adanya pencarian lebih lanjut. Detik berganti
menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti tahun, hingga
dewasa (sempurnanya akal) terjawablah apa yang menjadi pertanyaan di masa
kecil. Sehingga agama yang kita anut bukanlah hasil keturunan ayah dan ibu,
namun merupakan hasil pencarian dan pilihan kita.
Dalam
masalah aqidah dilarang untuk taklid buta (mengikut) tanpa melalui proses
berfikir. Dengan sempurnanya akal disertai dalil, manusia akan mampu menemukan
jawaban yang benar. Mengenai konsep ketuhanan, siapakah Tuhan (yang menciptakan
alam semesta) ini? Apakah Yesus, para dewa, ataukah Allah?
Sebelum
menjawabnya sebaiknya kita mulai dengan menjawab pertanyaan “Apakah Pencipta
sesuatu yang baru keberadaannya karena diciptakan oleh zat yang lain? Baik zat
lain tersebut adalah dirinya sendiri ataukah zat lain selain dirinya sendiri
serta apakah Pencipta ini wajib keberadaannya karena bersifat azali (tidak ada
awal dan akhirnya). Yang pertama, jika Pencipta diciptakan oleh dirinya sendiri
maka Pencipta adalah makluk dan mustahil (tidak bisa diterima akal) dalam satu
waktu menjadi Pencipta sekaligus menjadi makhluk. Kedua, jika Pencipta
diciptakan zat lain berarti Pencipta adalah makhluk dan masih ada yang
mengunggulinya. Pernyataan pertama dan kedua jelas tidak masuk akal. Maka yang
benar dan dapat diterima akal adalah pernyataan ketiga, Pencipta yang
sebenarnya adalah wajibul wujud (wajib keberadaannya), adanya Dia tidak
bergantung kepada siapapun. Lalu siapakah Pencipta alam semesta ini? Apakah
Yesus sebagaimana yang diyakini kaum Nasrani ataukah patung sesembahan? Yesus
sebelum diyakini oleh kaum Nasrani sebagai Tuhan adalah seorang nabi (manusia).
Jelas tampak disini bahwa Yesus bukanlah Pencipta. Lalu apakah patung? Ternyata
patung diciptakan manusia, jelas patung bukanlah Pencipta karena dia adalah
makhluk. Lalu siapakah Pencipta alam semesta? Dialah Allah SWT. Darimana kita
meyakini Allah SWT yang menciptakan alam semesta? Tentunya dari Al Quran yaitu
di dalam surat Al Ikhlas Katakanlah,
“Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan
Dia.”
Mengenai
kebenaran Al Quran, ada tiga kemungkinan datangnya Al Quran yaitu karya dari
orang arab, karya Nabi Muhammad, wahyu Allah SWT. Tidak ada kemungkinan yang
lain selain tiga kemungkinan tersebut. Untuk kemungkinan pertama, karya orang
Arab, jelas ini tidak mungkin karena dalam Al Quran sendiri menentang bangsa
Arab untuk membuat semisal Al Quran sebanyak 10 surat namun tidak mampu, satu
surat juga tidak mampu.
Sebagaimana
firman Allah SWT:
Katakanlah (wahai Muhammad):
"(Jika demikian tuduhan kamu), maka cobalah buat serta datangkan sepuluh
surat yang sebanding dengan Al Quran itu, dan panggillah siapa saja yang kamu
sanggup memanggillnya, yang lain dari Allah, jika betul kamu orang-orang yang
benar". (QS Hud:13)
“ Dan jika kamu (tetap) dalam
keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. Maka
jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat
membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan
batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir “.
(QS Al Baqarah: 23-24)
Pada
saat Al Quran diturunkan, saat itu pula puncak keemasan sastra Arab. Namun
hingga kini tidak ada yang mampu menandingi AL Quran. Sehingga jelas bahwa Al
Quran bukanlah karya orang Arab.
Kemungkinan
kedua, Al Quran berasal dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini tidak dapat diterima
akal dikarenakan Nabi Muhammad SAW juga berasal dari bangsa Arab. Bahasa Hadist
dan ayat Al Quran juga berbeda.
Jika
kemungkinan pertama dan kedua adalah batil, maka yang benar adalah kemungkinan
ketiga yaitu Al Quran adalah berasal dari Allah SWT.
ISLAM
AGAMA YANG SEMPURNA
Islam
merupakan agama sempurna dan paripurna. Dia telah menyempurnakan Islam,
mencukupkan nikmat-Nya dan meridhai Islam sebagai agama bagi kita
“Pada hari ini telah Aku
sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas
kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.”
(QS Al Maidah: 3)
Dalam
Al Quran kita dapati perintah Allah, larangan, surga, neraka, kejadian masa
lalu, kejadian masa mendatang dan lainnya. Allah SWT telah menetapkan berbagai
hukum-Nya mulai dari shalat, zakat, haji hingga kenegaraan. Lahirlah kaidah:
Al-Islâmu dîn minhu ad-dawlah (Islam adalah agama, termasuk di dalamnya
negara). Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan hal ini. Semuanya bertebaran
dalam kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama shalih. Berbeda dengan agama
lainnya, Islam merupakan agama yang sempurna, mulai dari ibadah spiritual, cara
berekonomi, berpolitik, masalah pendidikan, kesehatan semua diatur dalam Islam.
Agama dan kekuasaan bagai dua sisi mata uang.
Imam
al-Ghazali berkata. “Karena itu, dikatakanlah bahwa agama dan kekuasaan adalah
dua saudara kembar. Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi (asas) dan
kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak punya pondasi niscaya akan
roboh dan segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga niscaya akan musnah.”
(Al-Ghazali, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, hlm. 199).
Senada
dengan itu, Ibnu Taymiyah menegaskan, “Jika kekuasaan terpisah dari agama atau
jika agama terpisah dari kekuasaan, niscaya keadaan manusia akan rusak.” (Ibnu
Taimiyah, Majmû’ al-Fatawa, XXVIII/394).
ISLAM
RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil
‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai
Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia”
(QS Al Anbiya: 107)
Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka
Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.
Secara
bahasa, rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul
Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih
sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah
bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
Menurut
Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:
“Makna
ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan membawa
hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada
keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian’. Dengan kata lain,
‘satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat
yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab
kebahagiaan di akhirat’ ”
Menurut
Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:
“Para
ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh
manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik mu’min dan
kafir? Ataukah hanya manusia mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat,
yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka
mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan
ayat ini:
“Siapa
saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di
dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang
menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa
gelombang besar”, dalam riwayat yang lain: “Rahmat yang sempurna di dunia dan
akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi
orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak
ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu”
Sebagai
seorang muslim tentunya kita harus bangga dengan keislaman kita, bangga dengan
agama yang kita peluk.
Wallahua’lam
Liya
Yuliana
FB:
Anna Mujahidah Mumtazah