Oleh: Anna Mujahidah Mumtazah
Dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari muamalah dengan saudara/i
muslim. Bercakap ini dan itu menjadi hal yang lumrah. Apalagi jika berjumpa
dengan saudara/i yang pernah dekat, tentu dalam suasana keakraban. Semakin
banyak canda ria dan tawa. Terkadang saat hanyut dalam canda ria dan tawa kita
lupa menjaga lidah sehingga hati lawan bicara pun terluka.
Tetaplah menjadi penyejuk mata dan hati bagi lawan bicara/orang lain.
Senyum menyejukkan mata, lidah yang terjaga menjadikan lawan bicara sejuk
hatinya. Buatlah mereka bahagia, jika kita tak sanggup membuatnya bahagia maka
jangan biarkan air matanya mengalir karena kesalahan kita dalam bercakap. Untuk
itu kita membutuhkan ilmu dalam berinteraksi dengan sesama muslim. Berikut ini
pertanyaan yang harus dihindari saat berjumpa dan bercakap dengan sesama
muslim.
- Kapan menikah?
Pertanyaan ini kerap menimpa para jomblo. Ya, terkadang pertanyaan ini
sengaja telontar untuk membully atau memotivasi. Bisa jadi pula tidak
sengaja dan tanpa tersadar kata ini terucap. Meski kita tak tahu, masalah yang
tengah dihadapi oleh para jomblo. Bisa jadi belum menikah karena masih banyak
kendala. Menyekolahkan adiknya, target pencapaian yang belum di tangan,
terkendala restu orang tua. Bisa pula karena salah satu pihak yang kurang cocok
(kurang ridha dengan agama dan akhlaknya), atau ketakutan akan pelanggaran
syariat saat proses menuju pernikahan, pelaminan hingga setelah sah menjadi
pasutri jika menikah dengan yang tidak satu pemahaman. Jika diizinkan memilih,
tentunya para jomblo lebih memilih menikah di usia muda dengan pasangan yang
salih/ah. Namun bisa jadi Allah menguji kesabarannya untuk mendapatkan jodoh.
- Sudah punya berapa momongan?
Berdasarkan survey, mereka yang sudah menikah dan belum diberi amanah
momongan jauh lebih galau dengan pertanyaan “Sudah berapa anakmu? Berapa
usianya?” daripada saat mereka jomblo ditanya dengan pertanyaan “Kapan
menikah?” Marilah kita jaga lidah untuk tidak bertanya kepada pasutri “berapa
anakmu? Berapa usianya?” jika ternyata kita belum pernah menjumpainya hamil
dan bersama momongannya. Mendoakannya agar segera dikaruniakan anak lebih baik
daripada menanyakan perihal momongan kepadanya. Pun jika kita ingin
mengetahuinya ada baiknya menanyakan ke kawan yang dekat dengannya tanpa
sepengetahuannya. Namun jika kita pernah menjumpainya bersama momongannya,
tentu pertanyaan tersebut tidak masalah.
- Sudah punya rumah atau mobil?
Dalam hidup ini terkadang orang tua, keluarga, tetangga atau kawan lainnya
tak lepas menanyakan “Sudah punya rumah? Kendaraan dan lainnya?” Jika sekiranya
kita belum pernah menjumpai saudara/i dan kawan kita memiliki materi tersebut,
maka ada baiknya pertanyaan yang serupa kita tahan. Jika orang terdekatnya
menanyakan hal yang demikian menjadikannya galau, maka jangan biarkan diri kita
menambah kegalauannya.
- Istri kerja sebagai apa?
Mengenai pekerjaan, terkadang seorang istri minder jika menjadi ibu rumah
tangga, padahal pekerjaan tersebut adalah mulia. Sebagai saudara yang baik
tentunya kita akan senantiasa memilah dan memilih pertanyaan sesuai dengan
keadaan saudara/i kita agar jangan sampai menjadikannya sedih dan berlinangan
air mata. Allahu A’lam.
copas dari Voice of Al Islam
(riafariana/voa-islam.com)