IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Kamis, 29 Agustus 2013

Jika Syuhada Ranjangnya Miring, Bagaimana dengan Kita?? #MERENUNG


Pada tahun ke-8 Hijriah, Rasulullah mengirim sekelompok pasukan menuju Mu’tah. Ekspedisi ini bermula dari terbunuhnya utusan Rasulullah yang bernama Al-Harits bin Umair yang dilakukan oleh Syurahbil bin Amr al-Gassany, seorang gubernur Kaisar Romawi untuk daerah Syam. Membunuh utusan adalah perbuatan yang sangat tercela, sama artinya dengan mengumumkan perang, bahkan lebih keras dari itu. Oleh karena itu Rasulullah sangat murka dengan peristiwa ini.





Pasukan Islam ketika itu berjumlah 3000 orang yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah. Sebelum berangkat Rasulullah memberikan wasiat, apabila Zaid bin Haritsan gugur maka digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib. Kalau Ja’far juga gugur maka Abdullah bin Rawahah yang tampil untuk memegang panji perang. Andai kata Abdullah bin Rawahah juga gugur maka kaum muslimin berijtihad memilih salah seorang di antara mereka untuk jadi pemimpin.





Singkat cerita, di waktu terjadi pertempuran sengit antara pasukan Islam melawan tentara Romawi yang berjumlah jauh lebih besar, apa yang dikabarkan  Rasulullah sebelumnya betul-betul menjadi kenyataan. Pertama Zaid bin Haritsan  menemui syahidnya dengan gagah berani. Tanpa pikir panjang Ja’far bin Abi Thalib langsung menyambar panji perang dan memimpin perperangan dengan semangat berkobar-kobar, sampai akhirnya menemukan juga syahidnya. Di saat Ja’far gugur Abdullah bin Rawahah kelihatan bimbang sejenak sebelum menangkap panji perang dari tubuh Ja’far yang sudah tercabik-cabik akibat tebasan pedang lawan. Akhirnya, Abdullah bin Rawahah mampu maju dengan memberikan perlawanan yang tidak kalah sengitnya dari dua orang pendahulunya setelah mencoba memotivasi diri dengan melantunkan bait-bait syair yang mengandung jiwa kepahlawanan. Setelah berjuang dengan mencurahkan seluruh kemampuan, Abdullah bin Rawahah juga memperoleh kemuliaan mati syahid, menyusul dua orang shahabatnya ke surga Allah. Untuk selanjutnya perperangan dipimpin oleh Khalid bin Walid, pahlawan yang mendapatkan julukan “Pedang Allah”.





Di Madinah, dalam tidurnya Rasulullah bermimpi melihat tiga orang shahabat beliau; Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah lagi istirahat di atas ranjang yang sangat indah di surga. Namun, Rasulullah melihat ranjang tempat tidur Abdullah bin Rawahah agak miring sedikit sehingga istirahatnya pun tidak senyaman yang kelihatan pada dua orang shahabatnya yang lain. Setelah bangun dari tidurnya Rasulullah mentakwilkan mimpinya itu dengan sifat ragu-ragu Abdullah bin Rawahah ketika akan maju memegang panji perang.





Dari sepenggal cerita para shahabat yang mulia ini, kita bisa memahami bahwa Allah mempunyai hitung-hitungan yang sangat detail dan terpetakan. Sedikit rasa ragu saja mengurangi penilaian dalam pandangan Allah, sekalipun hasil yang dicapai tetap sama. Di sisi lain, Allah juga tidak menilai hasil, tapi yang diperhatikan adalah proses untuk menuju hasil. Kita bisa menilai diri kita masing-masing berapa banyak amalan yang telah kita lakukan dengan spontanitas, tanpa didahului rasa ragu atau kebimbangan dan mengulur-ulur waktu.
 hasil copas ZA

Selasa, 27 Agustus 2013

Menjauh dari Negatif Thinking

Seorang pemuda berusia 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela kereta api, seraya berteriak kegirangan:”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu menyusul kita”.

Ayahnya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang ceria.

Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih.

Tidak lama pemuda itu kembali berteriak: “Ayah, lihat itu, awan ikut berjalan bersama kita”.

Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.

Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu: “Kenapa anda tidak membawa anak anda ini kedokter jiwa?”

Ayah pemuda itu menjawab: “Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahirnya, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya”.

Pelajaran:

Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan melihat zahirnya saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Maka kita perlu berfikir sebelum bicara.

HASIL COPAS ZA

MANFAAT BERSEGERA DI JALAN KERIDHAAN

Jangan tunda-tunda, terlambat sedikit saja masuk neraka selamanya.

Dapat cerita dari seorang ustadz.

Seorang imigran Arab yang menetap di Belanda menjalani profesi di samping pebisnis, ia juga sebagai seorang da’i. Suatu kali di puncak musim dingin bertepatan hari Jum’at, badai salju melanda daerah kediamannya. Biasanya setelah menyampaikan khutbah Jum’at, beliau bersama anaknya keliling ke rumah-rumah penduduk yang berada di sekitar mesjid tempat beliau shalat jum’at. Beliau menyampaikan pesan singkat tentang Islam, baik secara lisan maupun tulisan.

Karena pada hari itu salju turun dengan derasnya, tentu saja dingin mencekam luar biasa. Oleh karena itu beliau memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan seperti biasanya. Namun anaknya yang masih muda belia bersikukuh dengan semangat membara harus tetap keluar berdakwah. Ia mengatakan kepada ayahnya bahwa manusia setiap detik menuju neraka kalau kita tidak cepat mengingatkan dan memperkenalkan Islam kepada mereka. Tapi ayahnya tetap tidak mau.
Akhirnya, dengan kegigihan dan semangat seorang anak muda ia pergi sendirian menyebarkan buletin tentang Islam ke rumah-rumah penduduk. Tidak peduli dengan salju yang menerjang tubuhnya.

Beberapa hari setelah itu, pintu rumahnya diketuk seorang nenek tua, berumur 70-an tahun. Nenek itu menyatakan ingin masuk Islam. Allahu Akbar.

Ayah anak muda itu bertanya kepada si nenek, bagaimana anda mengenal Islam dan tertarik memeluknya, serta dari mana anda tahu kediaman kami ini?

Si nenek mengisahkan tentang dirinya:

Saya dulu hidup bahagia dengan suami saya. Kami tidak dikarunia anak, karena memang kami tidak ingin punya anak. Tapi beberapa hari yang lalu kebahagiaan kami sirna. Suami saya satu-satunya manusia yang mendampingi hidup saya meninggal dunia. Karena putus asa dengan kehidupan ini, akhirnya saya memutuskan ingin menyusulnya dengan cara bunuh diri.

Di saat saya lagi sibuk memasang tali untuk gantung diri, tiba-tiba pintu rumah saya diketuk orang dari luar.Saya jadi ragu, apakah melanjutkan bunuh diri atau menemui orang yang mengetuk pintu itu. Setelah bimbang beberapa saat, saya memutuskan untuk menemui orang itu dulu baru nanti melanjutkan bunuh diri. Dalam pikiran saya, barangkali ada pesan penting untuk terakhir kalinya yang akan ia sampaikan sebelum saya mati.

Ternyata ketika saya sampai di depan pintu orang yang mengetuk tadi sudah pergi. Barangkali ia bosan karena saya kelamaan membukakan pintu. Tapi ternyata sebelum pergi ia menyelipkan secarik kertas di bawah pintu. Dengan penuh tanda tanya saya melihat dan membaca isi kertas itu. Kata perkata dan kalimat perkalimat saya baca dengan teliti. Isinya sangat menyentuh hati, sehingga saya tertarik dengan agama dan ajaran yang disebutkan dalam kertas itu. Saya berharap, kesedihan saya bisa terobati dan saya tidak jadi bunuh diri. Untung di bawah tulisan itu ada alamat penyampai pesan, sehingga saya mudah menemukannya. Saya sekarang ingin berikrar dan menganut agama ini.

Allahu akbar, satu orang lagi selamat dari api neraka.

Mendengar penuturan nenek tua itu, ayah pemuda tadi jadi menggigil pucat dan terkesima. Coba kalau anaknya ikutan malas untuk tidak keluar menyampaikan dakwah Islam di waktu hujan salju itu, tentu nenek tua ini sudah terjun bebas ke neraka untuk selamanya. Semenjak itu mereka semakin semangat mendakwahkan Islam bagaimanapun kondisi alam. Dan nenek tua itu juga bisa menikmati hari tuanya di bawah asuhan komunitas muslim di sana. Selamatlah ia dunia dan akhirat, hidupnya berakhir dengan happy ending alias husnul khatimah. Alhamdulillahirabbil ‘alamin.

KENANGAN INDAH

Di riwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya bahwa pada suatu kali dihidangkan makanan di hadapan Abdurrahman bin Auf (salah seorang dari 10 orang shahabat Nabi yang dijamin masuk surga) untuk berbuka puasa. Ketika itu beliau sudah menginjak usia lanjut. Tiba-tiba beliau terkenang perjuangan masa mudanya bersama Rasulullah dan shahabat-shahabatnya, lalu beliau berkata: “Mush’ab bin Umair orang yang lebih baik dariku terbunuh di perang Uhud dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, ia hanya dikafani dengan selembar kain yang apabila ditutupkan ke arah kepalanya akan terbuka kakinya dan bila ditutupkan ke arah kakinya akan terbuka kepalanya. Hamzah juga lebih baik dari pada diriku, ia juga terbunuh di perang Uhud, sementara mereka berdua belum mencicipi nikmatnya perjuangan ini.

Kemudian dihamparkan dunia ini untuk kita, sehingga kita bisa hidup dalam keadaan mewah. Aku betul-betul khawatir kalau-kalau ini semua adalah kebaikan yang disegerakan oleh Allah untuk kita di dunia ini, sehingga tidak ada lagi bagian untuk kita di akhirat nanti”. Kemudian beliau menangis tersedu-sedu sampai meninggalkan makanan yang sudah dihidangkan.

Hadits ini diulang meriwayatankannya oleh Imam Bukhari sebanyak tiga kali di dalam kitab shahihnya.

Suatu renungan dari hadits ini untuk kita:

Bila kita diberi Allah umur panjang, kira-kira apa yang akan menjadi nostalgia kita di umur 60/70-an, ketika bertemu dengan teman-teman di masa muda dulu? Atau kenangan apakah yang akan kita ingat bila teringat sahabat yang sudah lebih dulu meninggalkan kita? Atau bila kita yang sudah duluan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah kenangan orang yang tinggal terhadap diri kita?

Alangkah indahnya bila yang jadi kenangan itu adalah perjuangan yang penuh nilai kepahlawanan dan menebar manfaat di permukaan bumi ini, seperti para shahabat mengenang kepahlawanan Mush’ab bin Umair, Hamzah, Abdullah bin Jahsy, Sa’ad bin Muadz dll, semoga Allah meredhai mereka semua.

Untuk itu kita harus meninggalkan perkara yang main-main di masa muda ini. Menghindarkan segala yang berbentuk “lahwun”, kalau tidak ingin hanya mengenang hal yang “tafih/sepele” di hari tua nanti. Apalagi bila mengenang semuanya ketika membaca catatan amal di pengadilan Yang Maha Adil nanti, di mana semua perbuatan besar dan kecil dipersembahkan kepada kita. Kenangan yang akan muncul tatkala dihisab nanti.

Hari-hari kita ini hanya menggoreskan tinta kenangan untuk hari nanti. Lalu kenangan yang bagaimana yang anda sukai? Oleh karena itu goreskanlah tinta kehidupan anda sesuai kenangan yang anda inginkan.

Ya Allah, jauhkanlah kehidupan kami dari hal-hal yang main-main dan sepele. Karuniakanlah kepada kami kehidupan yang penuh arti dan manfaat serta penuh nilai kepahlawanan. 


copas dr ZA

Senin, 26 Agustus 2013

ABU JAHAL

Suatu kali Abu Jahal ditanya oleh rekan-rekannya sesama pemuka Quraisy Jahiliyah:

Rekan Abu Jahal: Wahai Abu Jahal, apakah benar kalau Muhammad itu seorang pembohong?

Abu Jahal: (Dengan agak emosi) Apa-apaan kalian? Tidak pernah Muhammad itu berbohong sedikitpun.

Rekan Abu Jahal: (Dengan penuh keheranan) Lalu kenapa kamu memusuhinya?

Abu Jahal: (Dengan nada prihatin) Semenjak dulu kita bersaing berebut pengaruh dengan Bani Hasyim (suku Rasulullah). Mereka memberi makan fakir miskin, kita lakukan hal yang sama. Mereka membantu orang yang susah, kita juga ikut membantu. Mereka menebar kebaikan, kita juga menebar kebaikan. Sekarang Allah menurunkan wahyu dari langit kepada mereka, apalagi bagian untuk kita Bani Makhzum (suku Abu Jahal)?

Tanpa dapat mengingkari keutamaan, kelebihan dan kebaikan budi pekerti, serta kebenaran dakwah Rasulullah, akhirnya Abu Jahar terpaksa buka kartu pribadinya. Sebenarnya tidak ada masalah dengan Rasulullah, dan dia akui hal itu. Masalahnya ada pada dirinya sendiri, yaitu kedengkian dan kebencian yang sudah sampai keubun-ubun yang membuat hidayah terhalang masuk ke dalam hatinya.

Allah menguatkan tentang apa yang berada di dalam hati Abu Jahal itu:

"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakanmu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah". (Al An'am: 33)

Pada hakikatnya Abu Jahal bukan memusuhi Rasulullah, tapi dia menentang Allah. Seolah-olah ia berkata: "Ya Allah, kenapa nikmat-Mu diturunkan kepada keluarga Muhammad saja, aku lebih berhak untuk itu".

Pelajaran:

1. Jangan ada rasa iri, hasad, dengki dan dendam kepada orang lain atau kelompok lain, karena itu bisa menyumbat aliran hidayah ke hati. Hanya Allah yang berhak membagi-bagikan nikmat kepada siapa yang dia kehendaki, sesuai dengan hikmah yang Dia ketahui. Tadabburi Az Zukhruf: 32.

Andaikan Abu Jahal mau sedikit merendahkan hati, Allah akan memasukkan hidayah ke dalam hatinya. Dan Abu Jahal akan menjadi orang-orang yang tidak akan kalah kelasnya dari Umar bin Khattab, karena dia sebenarnya orang yang cerdas dan memiliki sifat-sifat utama sebagai pemimpin.

Namun karena kekerasan hatinya, ia rela untuk menjadi orang yang hina dina, yang akan menghuni neraka Jahannam untuk selama-lamanya.

2. Jangan berbuat kebaikan karena ingin berebut pengaruh di depan manusia, karena suatu saat Allah akan tampakkan apa yang tersembunyi di dalam hati itu. Begitu juga dalam dakwah dan menyebarkan agama ini.

Ya Allah, cabutlah sifat ghil (segala bentuk hasad dan benci) serta dendam dari dada kami kepada siapapun.

(Serial pembersihan hati dari iri, hasad, dengki dan dendam) Copas dr status ust Zulfi Akmal

Sabtu, 24 Agustus 2013

KEMENANGAN YANG TERTUNDA

Kadang-kadang kemenangan itu terlambat datangnya terhadap orang-orang yang dizalimi dan diusir dari negerinya tanpa dasar kebenaran selain mereka berkata "Tuhan kami adalah Allah". Keterlambatan ini disebabkan oleh suatu hikmah yang diinginkan Allah...

Kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan karena struktur umat Islam belum cukup matang, belum cukup sempurna, belum berhimpun semua kekuatannya, belum terorganisir baik dan bersatu seluruh jaringan, supaya diketahui seberapa puncak kekuatan amunisi dan kesiapan yang dimilikinya. Kalau ia mendapatkan kemenangan pada saat itu ia akan mudah rontok karena tidak mempunyai kemampuan menjaganya dalam waktu lama.

Kadang-kadang kemenangan terlambat datang hingga seluruh pejuang mencurahkan sagala kemampuan yang ia miliki, dan mengeluarkan apa saja yang ia punya. Maka tidak ada lagi yang tersisa dari barang yang mahal dan berharga kecuali sudah ia sumbangkan. Dia tidak hanya mencurahkan hal yang ringan lagi murahan di jalan Allah.

Kadang-kadang kemenangan itu terlambat datangnya supaya para pengusung kebenaran mencobakan seluruh kekuatan dan kemampuannya, hingga pada akhirnya ia sadar bahwa seluruh kekuatan itu tidak ada artinya tanpa sokongan dari Allah dan tidak akan mencukupi untuk memperoleh kemenangan. Kemenangan itu hanya akan turun bila seluruh kemampuan sudah dicurahkan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan supaya semakin bertambah kedekatan orang-orang beriman dengan Allah ketika mereka menanggung kesulitan, kepedihan dan pengorbanan. Saat itu mereka tidak menemukan sandaran selain Allah. Dan mereka tidak menghadapkan segalanya kecuali kepada Allah satu-satunya di dalam kesusahan itu. Hubungan ini menjadi jaminan keistiqamahan mereka nanti setelah Allah memberikan kemenangan. Hingga mereka tidak akan membangkang dan melenceng dari kebenaran, keadilan dan kebaikan di saat kejayaan menyapa mereka.

Kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan karena umat yang beriman belumlah betul-betul melepaskan segalanya dalam berjuang dan mencurahkan apapun demi Allah dan demi dakwahnya. Ia berperang untuk mendapatkan harta rampasan perang, atau karena gengsi kehormatanya, atau supaya disebut pemberani di depan musuhnya. Allah menghendaki supaya jihad untuk-Nya satu-satunya. Bebas dari segala bentuk perasaan yang menyamarkannya.

Kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan karena di dalam kejahatan yang ditentang oleh umat yang beriman masih terdapat sisa-sisa kebaikan. Allah menghendaki ia betul-betul bersih dari kejahatan supaya dia betul-betul murni. Dan kejahatan itu menyingkir dengan sendirinya dalam kondisi hancur. Tidak ada sedikitpun dari kebaikan yang ikut binasa bersamanya.

Kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan karena kebatilan yang diperangi umat yang beriman belum tersingkap kepalsuannya dihadapan manusia dengan sempurna. Andaikan orang beriman mengalahkannya pada waktu itu, pasti akan ada pembantu dari orang-orang yang tertipu olehnya, yang belum yakin dengan kerusakanya dan belum yakin kalau dia mesti lenyap. Maka nanti ia akan tetap mengakar dalam jiwa-jiwa orang awam yang belum bisa menyingkap hakikat mereka. Sehingga Allah membiarkan kebatilan sampai betul-betul terbuka di depan manusia dan mereka tidak akan merasa kecewa dengan kehilangannya.

Kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan karena lingkungan belum kondusif untuk menerima kebenaran, kebaikan dan keadilan yang diperankan umat yang beriman. Andai diberi kemenangan pada waktu itu pasti ia mendapatkan penentangan dari lingkungannya sendiri, dan ia tidak akan bisa tenteram bersamanya.

Senantiasa pertarungan berlanjut hingga jiwa-jiwa betul-betul siap untuk menerima kebenaran dan meyakini bahwa kebenaran itu mesti berjaya..

Karena semua ini, dan demi yang lainnya dari hal-hal yang hanya diketahui Allah, kadang-kadang terlambat datangnya kemenangan. Maka saat itu akan berlipat ganda jumlah pengorbanan, dan akan berlipat-lipat rasa pedih, pilu dan sakit, bersamaan dengan datangnya pembelaan Allah terhadap orang-orang beriman dan terwujudnya pertolongan bagi mereka pada akhirnya.


(Sayyid Quthb)

Selasa, 20 Agustus 2013

JANGAN BERPUTUS ASA UJIAN YANG KITA ALAMI BELUMLAH SEBERAPA

PENAWAR HATI YANG TERLUKA
PENAMBAH SEMANGAT DI KALA PUTUS HARAPAN
SEMOGA BERMANFAAT

Karena beratnya situasi beberapa hari belakangan, sebagian kawan ada yang mengalami "ihbathun nafs" (down kejiwaan). Untuk itu kita perlu saling menguatkan dan saling mengingatkan. Semoga bisikan-bisikan syetan tidak sampai menggoncang keimanan kita.

Di antara bentuk pertanyaan yang dikirimkan ke-inbox saya bunyinya begini:

Semoga Antum dan keluarga senantiasa dalam lindungan dan rahmat Allah Swt.

Jujur saya tidak sanggup lagi mencerna dengan nalar apa rencana Allah terhadap Mesir. Mereka yang gugur, telah sampai pada pengorbanan tertinggi. Semua jenis ujian telah mereka lalui. Difitnah, diteror, dilecehkan, dilukai dan puncaknya : dibunuh. Saya kira semua pengorbanan untuk membuktikan perjuangan demi agama ini telah mereka persembahkan. Saya kira tidak ada pengorbanan yang lebih tinggi dari kematian. Nah inilah yang membuat saya bertanya-tanya. Apakah kemenangan dan pertolongan yang dijanjikan itu benar sudah dekat? Karena apa yang terjadi mengisyaratkan yang sebaliknya. Harapan hampir putus. Doa seakan tak tembus ke hadirat-Nya. Mohon pencerahan Antum.

Ungkapan perasaan ini bisa kita tanggapi dengan beberapa hal yang semoga bisa menaikkan ma'ani/ruhiyah kita:

1. Jangan sampai kondisi ini membuat kita putus asa sehingga berburuk sangka kepada Allah. Apapun yang terjadi, itu semua atas kehendak dan hikmah yang hanya Allah yang mengetahuinya. Dia akan bukakan rahasia apa di balik itu asalkan kita sabar melalui dan menunggunya sambil terus beramal.

2. Kita harus selalu menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya untuk diuji, tidak ada selain itu. Sekalipun kemenangan dan kejayaan diberikan Allah kepada umat ini pada saat ini juga, apakah ujian dunia akan berhenti? Tidak, bahkan ujian dengan kelapangan hidup jauh lebih berat dari pada ujian dengan kesusahan, karena ia melenakan.

3. Kita ingat selalu bahwa inilah sunah dalam berdakwah. Inilah nasip yang harus dirasakan oleh para da'i yang ingin menegakkan kalimat "lailaha illallah" pada setiap lini kehidupan. Bukan hanya di mesjid, akad pernikahan dan kematian serta tempat talaqqi saja. Tapi mencakup segala aktifitas hidup dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dari adab buang air dan menggauli istri sampai mengatur negara dan bangsa. Kalau ingin berdakwah dengan aman tanpa gangguan, sampaikanlah sesuai dengan selera masyarakat, niscaya kamu tidak akan pernah diganggu.

4. Perlu kita sadari lagi bahwa apa yang kita rasakan pada hari ini belumlah seperti yang dirasakan oleh Rasulullah dan para anbiya', serta orang-orang sebelum kita.

Rasulullah dengan para shahabat sampai makan daun kayu selama pemboikotan yang berlangsung 3 tahun di Syi'ib Bani Hasyim. Sampai terluka parah di perang Uhud dan 70 shahabat syahid. Di perang Khandak jantung para shahabat bagaikan naik sampai ketenggorokan saking dahsyatnya ancaman kengerian dari musuh. Untuk sekedar buang air besar saja susah. Berpuluh kali berpindah dari satu perperangan ke perperangan lain.

Nabi-nabi sebelum beliau tidak seorangpun yang luput dari caci maki, hinaan, fitnahan, kejahatan dan pengusiran kaumnya. Bahkan ribuan Anbiya Bani Israil yang mati terbunuh. Nabi Nuh 950 tahun harus bersabar baru datang pertolongan Allah.

Orang-orang dulu berbagai macam model penyiksaan mereka rasakan. Ada yang tubuhnya dibelah dua dengan gergaji, ada yang disisir dagingnya dengan sisir besi, dibakar hidup-hidup dan direbus dengan air mendidih atau digoreng dengan minyak panas.

Semua itu tidak menjadikan mereka berputus asa terhadap pertolongan Allah. Tidak menggoyahkan keyakinan mereka. Tidak memalingkan mereka dari kebenaran. Bahkan tidak menciutkan nyali mereka untuk menyuarakan al haq.

Alhamdulillah, yang kita rasakan sekarang belumlah sampai sedahsyat itu, semoga jangan sampai. Masih bisa tidur nyenyak di atas kasur empuk, makan enak dengan menu serba lezat, buang air dengan penuh kenyamanan, bahkan setiap hari masih sempat berhibur dan bersenda gurau.

5. Do'a kita pasti diijabah oleh Allah, cuma pada waktu yang dikehendaki Allah sesuai hikmah yang Dia ketahui. Bukan pada waktu yang kita inginkan karena kita tidak tahu rahasia di balik itu. Teruslah berdo'a, suatu saat pasti dikabulkan Allah. Dan jangan terpengaruh dengan ejekan kalau Allah tidak mengacuhkan do'a kita.

6. Apakah pertolongan itu betul-betul sudah dekat atau hanya sekedar hiburan? Tidak, pertolongan Allah betul-betul dekat, bahkan sudah turun sebagiannya. Kita saja yang tidak menyadari.

Nanti kita bahas bentuk pertolongan Allah itu secara khusus.

(Bersambung)
----Sumber: status ust Zulfi Akmal----

"BELAJAR DARI SYAIKH SAYYID QUTHB"

BELAJAR DARI SYAIKH SAYYID QUTHB
Peristiwa terakhir dalam kehidupan Sayyid Quthb di pengadilan sebelum beliau menemui kesyahidan di tiang gantungan. Pendirian yang sangat luar biasa. Sangat mengesankan:

- Seorang polisi mendatangi beliau di tengah-tengah persidangan, lalu ia bertanya:

Ya Syaikh! Apa makna dari kalimat "syahid"?

Beliau menjawab tanpa ragu: Syahid maknanya seseorang bersaksi bahwa syari'at Allah lebih mahal baginya dari pada nyawanya.

Setelah selesai persidangan salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin berkata kepada beliau: "Kenapa engkau berkata begitu terus terang di pengadilan yang punya kuasa terhadap lehermu"?

Beliau menjawab: Karena bersilat lidah tidak boleh dalam masalah aqidah, dan seorang pimpinan tidak boleh mengambil "rukhshah" (kemudahan)

Setelah itu Jamal Abdul Nasher betul-betul menjatuhkan hukuman mati buat beliau.

Tatkala beliau mendengar itu ia berkata:

"Alhamdulillah, aku sudah berbuat selama 15 tahun demi memperoleh syahadah".

Selanjutnya intel perang berusaha menggoyahkan prinsipnya dengan berbagai cara, namun mereka semua bagaikan berhadapan dengan gunung batu yang tak tergoyahkan.

Mereka mengajukan tawaran sebagai imbalan untuk membebaskan beliau dari hukuman, dengan tegas beliau menjawab:

"Orang semacam aku akan mengajukan keberatan beramal bersama Allah?"

Kemudian mereka menawarkan untuk menuliskan kalimat untuk minta dikasihani oleh Jamal Abdul Nasher.

Lagi-lagi ia mengatakan kalimat yang ditulis oleh tinta emas sejarah:

"Sesungguhnya telunjuk yang bersaksi bahwa Allah itu Esa 5 kali sehari semalam menolak untuk menuliskan huruf yang mengakui pemerintahan tughat (kejam).

Kenapa aku harus minta belas kasihan ???

Jika aku dipenjarakan karena kebenaran, maka aku rela menerima hukum yang benar....

dan jika aku dipenjarakan karena kebatilan, aku lebih mulia dari pada mengemis kasih kepada kebatilan".

Beberapa saat sebelum hukuman gantung dilaksanakan beliau didatangi oleh seorang polisi meminta beliau menuliskan pesan kepada Jamal Abdul Nasher, wartawan dan kantor pemberitaan yang hanya satu kalimat supaya ia dibebaskan.

Bunyi kalimatnya seperti ini: "Aku sudah bersalah dan aku minta maaf".

Beliau tersenyum dan berkata dengan ketenangan yang luar biasa: "Tidak akan pernah, sekali-kali aku tidak akan membeli kehidupan yang hina ini dengan kedustaan yang tidak akan abadi".

Polisi itu berkata kepada beliau: "Tapi ini permasalahannya kematian wahai Sayyid".

Beliau menjawab: "Selamat datang wahai kematian di jalan Allah. Lakukan lah apa saja yang kalian inginkan".

Setelah beliau melaksanakan shalat subuh, beliau digiring ke tiang gantungan untuk pelaksanaan eksekusi mati...

Tiba-tiba datang salah seorang syekh dari al Azhar mengajari beliau mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ia berkata: Ucapkanlah bersamaku wahai Sayyid......

Beliau langsung memotong perkataan syekh itu.....

"Sungguh malang kamu...Sampai-sampai orang sepertimu ikut juga meramaikan sandiwara ini.

Aku digiring ke tiang gantungan untuk menemui kematian demi menegakkan kalimat "Lailaha illallah", sementara kamu datang untuk mencari sampah-sampah makanan dengan kalimat "Lailaha illallah".

Kemudian beliau tersenyum sambil mengulang-ulang dua kalimat syahadat.

Selanjutnya Malaikat mengantar ruhnya ke langit penuh kemuliaan, insyaallah.

Semoga rahmat Allah selalu meliputi beliau dengan di alam keabadian.


Hasil copas

Minggu, 11 Agustus 2013

Ghozwul Fikr Tanpa Disadari Kebanyakan Kaum Muslim



  • Konon kabarnya seorang petani di sebuah desa di India ingin menjual kambing hasil ternaknya ke pasar. Baru berjalan beberapa langkah dari rumah ada orang yang menghadangnya. Orang itu berkata: "Berapa harga anjing anda ini?

    Dengan penuh keheranan petani itu menjawab: Ini bukan anjing, tapi kambing.

    Penawar: Bukan, ini anjing. Biar saya beli.

    Tanpa menjawab lagi petani itu berlalu menuju pasar dan meninggalkan orang yang menawar dagangannya begitu saja.

    Setelah agak jauh berjalan, tiba-tiba ia dihadang lagi oleh seseorang dan langsung berkata: "Anda mau menjual anjing ini? Biar saya yang beli. Berapa anda mau jual?"

    Dengan sangat marah petani itu menjawab: Hai orang gila, ini kambing. Bukan anjing !!! Bentaknya.

    Penawar kedua: Saya bukan gila. Benar ini anjing. Anda saja yang salah lihat dan salah paham. Biar saya yang beli anjing ini. Berapa harganya?

    Dengan perasaan sangat dongkol petani itu kembali berlalu meninggalkan orang yang dia anggap gila, karena mengatakan kambing yang ia bawa itu anjing.

    Tidak lama ia sampai di pasar dan langsung menuju stan khusus penjualan hewan.

    Baru saja ia masuk pasar, orang-orang langsung mengerumininya, rebutan menawar hewan yang ia bawa. Cuma sialnya, kali ini tidak ada bedanya dengan tawaran sebelumnya. Mereka semuanya serempak menanya: "Berapa harga anjing yang ia bawa?"

    Karena semua orang mengatakan bahwa hewan yang ia bawa itu adalah anjing, tanpa fikir panjang ia berlalu dengan perasaan dongkol sekali dan meninggalkan kambingnya begitu saja sambil berkata: "Ambillah binatang ini sesuka kalian, aku tidak butuh!!!".

    Cerita ini hanyalah khayalan, pasti tidak pernah terjadi. Akan tetapi kondisi seperti ini, tanpa kita sadari sering terjadi di dalam kehidupan kita. Dengan tujuan dan kepentingan tertentu orang bisa saja mempermainkan defenisi dan istilah yang sudah baku di tengah masyarakat dengan makna yang sesuai dengan keinginan serta selera mereka.

    Awalnya orang banyak akan heran dengan istilah/defenisi itu, tapi setelah diulang-ulang menjadi kebiasaan, bahkan berubahlah istilah yang asing lagi aneh itu menjadi istilah yang baku di tengah-tengah masyarakat banyak.

    Padahal kalau si petani yakin dengan apa yang ia bawa, dan tidak terganggu dengan permainan kata-kata orang, ia akan memegang kambingnya dan akan tetap mencari pembeli yang mempunyai otak masih bersih.

    Bukankah otak kita ikut membenarkan bahwa orang yang kuat menjalankan ajaran Islam disebut sebagai "teroris"? Orang seperti itu akan dicurigai, dimata-matai, dan dikucilkan dalam pergaulan. Mereka adalah orang yang ekstrim bin fundamental. Jangankan orang awam, ulama yang faham agama pun kadang-kadang ikut-ikutan membenarkan istilah ini.

    Dan banyak permainan dan pemutar balikkan fakta yang sudah menjadi lumrah bagi kita tanpa disadari.

    Pacaran yang sebenarnya perzinaan, justru dianggap hal biasa, bahkan dianggap pergaulan modern. Padahal sepantasnya dipandang sebagai kehidupan hewan. Sebaliknya, orang yang anti pacaran dianggap sebagai manusia aneh yang primitif bin kolot.

    Tanpa disadari, mulai dari orang paling awam sampai paling cerdaspun tidak sadar kalau mereka sudah terkena penyakit ghazwul fikri ini.

    Mari kita periksa dan benarkan lagi cara fikir yang sudah error ini...!!! Apakah selama ini kita sudah ikutan error atau masih sehat wal afiat.

    Semoga Allah menjaga otak kita dari ke-error-an. 
  • ket: hasil copas