Minggu, 14 Juli 2013
WARA'NYA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ RADHIYALLAHU 'ANHU
WARA'NYA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ RADHIYALLAHU 'ANHU
Sesungguhnya bukti ketakutan seorang mukmin yang bertaqwa itu adalah
dia akan menghindari hal-hal yang akan membuat hijab antara dia dan
Rabbnya. Dia tidak berani untuk bermaksiat kepada Allah dan lalai
terhadap hak-haknya Allah Ta'ala. Dia akan berusaha semampunya untuk
lari dari kemurkaan Allah menuju kasih sayangnya Allah Ta'ala.
Dan
termasuk buah takutnya seorang mukmin itu adalah Allah jadikan dia
memiliki sifat wara', yaitu menghindari diri dari dosa, dari yang haram
maupun yang syubhat.
Sungguh
betapa kita mencintai seorang sahabat Nabi yang paling utama yaitu Abu
bakar ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu karena begitu banyaknya
pengorbanannya dalam memperjuangkan dien ini sehingga tidak salah
perkataan Al Hafizh Ibnu Katsir tentangnya :
“(Orang yang)
paling mulia di antara para sahabat bahkan paling mulia di antara
seluruh makhluk setelah para Nabi adalah Abu Bakar, kemudian setelahnya
Umar bin Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, dan kemudian Ali bin Abi
Thalib.” (Al-Ba’itsul Hatsis, 183)
Salah satu kisah yang menggambarkan bagaimana sikap wara'nya Abu Bakar ash Shiddiq semoga bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Zaid bin Arqam radiyallahu ‘anhu bercerita,
“Salah satu budak Abu Bakar radiyallahu ‘anhu pernah melakukan ghulul
dan darinya ia membawa makanan kepada Abu Bakar. Setelah Abu Bakar
selesai makan, budak tersebut mengatakan, ‘Wahai Tuanku, biasanya setiap
malam engkau bertanya kepadaku tentang setiap hasil usahaku, tetapi
mengapa malam ini engkau tidak bertanya terlebih dahulu?’ Abu Bakar
menjawab, ‘Yang menyebabkan hal itu tidak lain adalah karena rasa lapar.
Memangnya dari mana harta tersebut?’ Maka budak tersebut menceritakan
usahanya. Serta-merta Abu Bakar menjawab, ‘Hampir saja engkau
membunuhku.’ Lalu Abu Bakar memasukkan tangannya ke mulut dan berusaha
memuntahkan setiap suapan makanan yang tertelan, tetapi usahanya tidak
berhasil, kemudian dikatakan, ‘Sesungguhnya makanan itu tidak dapat
keluar kecuali dengan air.’ Maka beliau meminta segelas air lalu
meminumnya dan memuntahkannya hingga keluar semua makanan yang tadi
beliau makan. Lalu dikatakan kepada beliau, ‘Engkau lakukan ini hanya
karena ingin memuntahkan makanan yang telah engkau makan?’ Beliau
menjawab, ‘Seandainya ia tidak keluar kecuali bila harus bersama jiwaku
maka akan aku lakukan.”
(Lihat Shafwatush Shafwah 1/252, Hilyatul Auliya 1/31)
Semoga Allah meridhai Abu Bakar ash Shiddiq dan para sahabat radhiyallahu 'anhuma..
Semoga Ramadhan ini menjadikan sifat wara' kepada kita semua..
Allahumma Amiin...
WARA'NYA ABU BAKAR ASH SHIDDIQ RADHIYALLAHU 'ANHU
Sesungguhnya bukti ketakutan seorang mukmin yang bertaqwa itu adalah dia akan menghindari hal-hal yang akan membuat hijab antara dia dan Rabbnya. Dia tidak berani untuk bermaksiat kepada Allah dan lalai terhadap hak-haknya Allah Ta'ala. Dia akan berusaha semampunya untuk lari dari kemurkaan Allah menuju kasih sayangnya Allah Ta'ala.
Dan termasuk buah takutnya seorang mukmin itu adalah Allah jadikan dia memiliki sifat wara', yaitu menghindari diri dari dosa, dari yang haram maupun yang syubhat.
Sungguh betapa kita mencintai seorang sahabat Nabi yang paling utama yaitu Abu bakar ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu karena begitu banyaknya pengorbanannya dalam memperjuangkan dien ini sehingga tidak salah perkataan Al Hafizh Ibnu Katsir tentangnya :
“(Orang yang) paling mulia di antara para sahabat bahkan paling mulia di antara seluruh makhluk setelah para Nabi adalah Abu Bakar, kemudian setelahnya Umar bin Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, dan kemudian Ali bin Abi Thalib.” (Al-Ba’itsul Hatsis, 183)
Salah satu kisah yang menggambarkan bagaimana sikap wara'nya Abu Bakar ash Shiddiq semoga bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Zaid bin Arqam radiyallahu ‘anhu bercerita,
“Salah satu budak Abu Bakar radiyallahu ‘anhu pernah melakukan ghulul dan darinya ia membawa makanan kepada Abu Bakar. Setelah Abu Bakar selesai makan, budak tersebut mengatakan, ‘Wahai Tuanku, biasanya setiap malam engkau bertanya kepadaku tentang setiap hasil usahaku, tetapi mengapa malam ini engkau tidak bertanya terlebih dahulu?’ Abu Bakar menjawab, ‘Yang menyebabkan hal itu tidak lain adalah karena rasa lapar. Memangnya dari mana harta tersebut?’ Maka budak tersebut menceritakan usahanya. Serta-merta Abu Bakar menjawab, ‘Hampir saja engkau membunuhku.’ Lalu Abu Bakar memasukkan tangannya ke mulut dan berusaha memuntahkan setiap suapan makanan yang tertelan, tetapi usahanya tidak berhasil, kemudian dikatakan, ‘Sesungguhnya makanan itu tidak dapat keluar kecuali dengan air.’ Maka beliau meminta segelas air lalu meminumnya dan memuntahkannya hingga keluar semua makanan yang tadi beliau makan. Lalu dikatakan kepada beliau, ‘Engkau lakukan ini hanya karena ingin memuntahkan makanan yang telah engkau makan?’ Beliau menjawab, ‘Seandainya ia tidak keluar kecuali bila harus bersama jiwaku maka akan aku lakukan.”
(Lihat Shafwatush Shafwah 1/252, Hilyatul Auliya 1/31)
Semoga Allah meridhai Abu Bakar ash Shiddiq dan para sahabat radhiyallahu 'anhuma..
Semoga Ramadhan ini menjadikan sifat wara' kepada kita semua..
Allahumma Amiin...
Sesungguhnya bukti ketakutan seorang mukmin yang bertaqwa itu adalah dia akan menghindari hal-hal yang akan membuat hijab antara dia dan Rabbnya. Dia tidak berani untuk bermaksiat kepada Allah dan lalai terhadap hak-haknya Allah Ta'ala. Dia akan berusaha semampunya untuk lari dari kemurkaan Allah menuju kasih sayangnya Allah Ta'ala.
Dan termasuk buah takutnya seorang mukmin itu adalah Allah jadikan dia memiliki sifat wara', yaitu menghindari diri dari dosa, dari yang haram maupun yang syubhat.
Sungguh betapa kita mencintai seorang sahabat Nabi yang paling utama yaitu Abu bakar ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu karena begitu banyaknya pengorbanannya dalam memperjuangkan dien ini sehingga tidak salah perkataan Al Hafizh Ibnu Katsir tentangnya :
“(Orang yang) paling mulia di antara para sahabat bahkan paling mulia di antara seluruh makhluk setelah para Nabi adalah Abu Bakar, kemudian setelahnya Umar bin Khaththab, kemudian Utsman bin Affan, dan kemudian Ali bin Abi Thalib.” (Al-Ba’itsul Hatsis, 183)
Salah satu kisah yang menggambarkan bagaimana sikap wara'nya Abu Bakar ash Shiddiq semoga bisa menjadi teladan bagi kita semua.
Zaid bin Arqam radiyallahu ‘anhu bercerita,
“Salah satu budak Abu Bakar radiyallahu ‘anhu pernah melakukan ghulul dan darinya ia membawa makanan kepada Abu Bakar. Setelah Abu Bakar selesai makan, budak tersebut mengatakan, ‘Wahai Tuanku, biasanya setiap malam engkau bertanya kepadaku tentang setiap hasil usahaku, tetapi mengapa malam ini engkau tidak bertanya terlebih dahulu?’ Abu Bakar menjawab, ‘Yang menyebabkan hal itu tidak lain adalah karena rasa lapar. Memangnya dari mana harta tersebut?’ Maka budak tersebut menceritakan usahanya. Serta-merta Abu Bakar menjawab, ‘Hampir saja engkau membunuhku.’ Lalu Abu Bakar memasukkan tangannya ke mulut dan berusaha memuntahkan setiap suapan makanan yang tertelan, tetapi usahanya tidak berhasil, kemudian dikatakan, ‘Sesungguhnya makanan itu tidak dapat keluar kecuali dengan air.’ Maka beliau meminta segelas air lalu meminumnya dan memuntahkannya hingga keluar semua makanan yang tadi beliau makan. Lalu dikatakan kepada beliau, ‘Engkau lakukan ini hanya karena ingin memuntahkan makanan yang telah engkau makan?’ Beliau menjawab, ‘Seandainya ia tidak keluar kecuali bila harus bersama jiwaku maka akan aku lakukan.”
(Lihat Shafwatush Shafwah 1/252, Hilyatul Auliya 1/31)
Semoga Allah meridhai Abu Bakar ash Shiddiq dan para sahabat radhiyallahu 'anhuma..
Semoga Ramadhan ini menjadikan sifat wara' kepada kita semua..
Allahumma Amiin...
Selasa, 02 Juli 2013
Thaghut Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Thaghut Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Posted by Admin
GM, Halaqoh Online
3:05 PM
Arti thaghut sebenarnya masih kabur bagi kebanyakan orang. Sayangnya, istilah thoghut ini sudah lebih dahulu tersebar bersama isu terorisme sebelum masyarakat luas memahami apa itu thaghut. Media yang sering menampilkan ucapan para pelaku teror menggunakan kata thaghut untuk menyebut pihak penguasa yang mereka musuhi membuat kata inimenjadi idiom yang lekat dengan para pelaku teror, sehingga, bagi kalangan awam, siapa pun yang sering mengucap kata thaghut identik dengan kaum teroris. Padahal, kata dan makna thaghut ini telah lebih dahulu dipakai oleh Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an.Allah menggunakan istilah thaghut sebanyak delapan kali di dalam Al-Qur’an.Lantas apa sebenarnya pengertian thoghut yang terdapat dalam Al-Qur’an itu?
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan makna kata thaghut ini di dalam kitab beliau, I’lamul Muwaqqi’iin. Beliau menyatakan:
أَخْبَرَ سُبْحَانَهُ أَنَّ مَنْ تَحَاكَمَ أَوْ حَاكَمَ إلَى غَيْرِ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ فَقَدْ حَكَّمَ الطَّاغُوتَ وَتَحَاكَمَ إلَيْهِ، وَالطَّاغُوتُ: كُلُّ مَا تَجَاوَزَ بِهِ الْعَبْدُ حَدَّهُ مِنْ مَعْبُودٍ أَوْ مَتْبُوعٍ أَوْ مُطَاعٍ؛ فَطَاغُوتُ كُلِّ قَوْمٍ مِنْ يَتَحَاكَمُونَ إلَيْهِ غَيْرَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، أَوْ يَعْبُدُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ، أَوْ يَتْبَعُونَهُ عَلَى غَيْرِ بَصِيرَةٍ مِنْ اللَّهِ، أَوْ يُطِيعُونَهُ فِيمَا لَا يَعْلَمُونَ أَنَّهُ طَاعَةٌ لِلَّهِ؛
“Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa orang yang minta keputusan hukum atau berhakim kepada apa yang tidak dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka ia telah menjadikan thaghut sebagai hakim dan berhukum kepadanya. Dengan demikian, thaghut adalah segala hal yang diperlakukan oleh manusia secara melampaui batas, baik berupa sesembahan, pihak yang selalu diikuti atau ditaati. Dengan demikian, thaghut (yang disembah oleh) suatu kaum adalah siapa saja yang mereka jadikan sebagai pemberi keputusan hukum selain Allah dan RasulNya, atau yang mereka sembah selain Allah, atau yang selalu mereka ikuti tanpa keterangan dari Allah, atau yang selalu mereka taati dalam perkara-perkara yang tidak mereka ketahui apakah itu tergolong ketataan kepada Allah.”
Jadi, thaghut sebagai sesuatu yang disembah selain Allah, ini sangat jelas.Adapun thaghut sebagai sesuatu yang diikuti, maka maksudnya adalah diikuti dengan anggapan bahwa ia adalah sumber kebenaran yang layak atau wajib untuk diikuti. Berbeda halnya dengan umat Islam yang bertaqlid atau mengikuti pendapat-pendapat para mujtahid. Mereka mengikuti para mujtahid itu bukan dengan anggapan bahwa mereka adalah sumber kebenaran, melainkan para imam mujtahid itu diikuti dengan anggapan bahwa mereka mengamalkan hukum Allah. Adapun thaghut sebagai pihak yang ditaati maksudnya bukan seperti seorang imam atau pemimpin yang diwajibkan oleh Allah untuk ditaati, melainkan thaghut itu adalah pihak yang ditaati segala perintahnya secara buta, ketaatan kepadanya tidak ada kaitannya dengan ketaatan kepada Allah, karena dia dianggap sebagai pemegang kedaulatan yang berhak memerintah dan melarang secara otonom.
Apa yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim ini tampak relevan dengan berbagai ayat yang menyebut istilah thaghut.
Al-Baqarah ayat 256
{فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا} [البقرة: 256]
Maka barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus
Al-Baqarah ayat 257
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ} [البقرة: 257]
Adapun orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
An-Nisa’ ayat 51
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا} [النساء: 51]
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
An-Nisa’ ayat 60
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا} [النساء: 60]
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut[, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
An-Nisa’ ayat 76
{الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ} [النساء: 76]
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
Al-Maidah ayat 60
{قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 60]
Katakanlah: “Apakah kalian mau aku beri tahu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah? Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
An-Nahl ayat 36
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل: 36]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut “,
Az-Zumar ayat 17
{وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ } [الزمر: 17]
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, [ust titok/www.globalmuslim.web.id]
sumber: http://www.globalmuslim.web.id/2013/07/thaghut-menurut-ibnul-qayyim-al.html
Posted by Admin
GM, Halaqoh Online
3:05 PM
Arti thaghut sebenarnya masih kabur bagi kebanyakan orang. Sayangnya, istilah thoghut ini sudah lebih dahulu tersebar bersama isu terorisme sebelum masyarakat luas memahami apa itu thaghut. Media yang sering menampilkan ucapan para pelaku teror menggunakan kata thaghut untuk menyebut pihak penguasa yang mereka musuhi membuat kata inimenjadi idiom yang lekat dengan para pelaku teror, sehingga, bagi kalangan awam, siapa pun yang sering mengucap kata thaghut identik dengan kaum teroris. Padahal, kata dan makna thaghut ini telah lebih dahulu dipakai oleh Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an.Allah menggunakan istilah thaghut sebanyak delapan kali di dalam Al-Qur’an.Lantas apa sebenarnya pengertian thoghut yang terdapat dalam Al-Qur’an itu?
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan makna kata thaghut ini di dalam kitab beliau, I’lamul Muwaqqi’iin. Beliau menyatakan:
أَخْبَرَ سُبْحَانَهُ أَنَّ مَنْ تَحَاكَمَ أَوْ حَاكَمَ إلَى غَيْرِ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ فَقَدْ حَكَّمَ الطَّاغُوتَ وَتَحَاكَمَ إلَيْهِ، وَالطَّاغُوتُ: كُلُّ مَا تَجَاوَزَ بِهِ الْعَبْدُ حَدَّهُ مِنْ مَعْبُودٍ أَوْ مَتْبُوعٍ أَوْ مُطَاعٍ؛ فَطَاغُوتُ كُلِّ قَوْمٍ مِنْ يَتَحَاكَمُونَ إلَيْهِ غَيْرَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، أَوْ يَعْبُدُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ، أَوْ يَتْبَعُونَهُ عَلَى غَيْرِ بَصِيرَةٍ مِنْ اللَّهِ، أَوْ يُطِيعُونَهُ فِيمَا لَا يَعْلَمُونَ أَنَّهُ طَاعَةٌ لِلَّهِ؛
“Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa orang yang minta keputusan hukum atau berhakim kepada apa yang tidak dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka ia telah menjadikan thaghut sebagai hakim dan berhukum kepadanya. Dengan demikian, thaghut adalah segala hal yang diperlakukan oleh manusia secara melampaui batas, baik berupa sesembahan, pihak yang selalu diikuti atau ditaati. Dengan demikian, thaghut (yang disembah oleh) suatu kaum adalah siapa saja yang mereka jadikan sebagai pemberi keputusan hukum selain Allah dan RasulNya, atau yang mereka sembah selain Allah, atau yang selalu mereka ikuti tanpa keterangan dari Allah, atau yang selalu mereka taati dalam perkara-perkara yang tidak mereka ketahui apakah itu tergolong ketataan kepada Allah.”
Jadi, thaghut sebagai sesuatu yang disembah selain Allah, ini sangat jelas.Adapun thaghut sebagai sesuatu yang diikuti, maka maksudnya adalah diikuti dengan anggapan bahwa ia adalah sumber kebenaran yang layak atau wajib untuk diikuti. Berbeda halnya dengan umat Islam yang bertaqlid atau mengikuti pendapat-pendapat para mujtahid. Mereka mengikuti para mujtahid itu bukan dengan anggapan bahwa mereka adalah sumber kebenaran, melainkan para imam mujtahid itu diikuti dengan anggapan bahwa mereka mengamalkan hukum Allah. Adapun thaghut sebagai pihak yang ditaati maksudnya bukan seperti seorang imam atau pemimpin yang diwajibkan oleh Allah untuk ditaati, melainkan thaghut itu adalah pihak yang ditaati segala perintahnya secara buta, ketaatan kepadanya tidak ada kaitannya dengan ketaatan kepada Allah, karena dia dianggap sebagai pemegang kedaulatan yang berhak memerintah dan melarang secara otonom.
Apa yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim ini tampak relevan dengan berbagai ayat yang menyebut istilah thaghut.
Al-Baqarah ayat 256
{فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا} [البقرة: 256]
Maka barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus
Al-Baqarah ayat 257
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ} [البقرة: 257]
Adapun orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
An-Nisa’ ayat 51
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلَاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا} [النساء: 51]
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
An-Nisa’ ayat 60
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا} [النساء: 60]
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut[, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
An-Nisa’ ayat 76
{الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ} [النساء: 76]
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.
Al-Maidah ayat 60
{قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 60]
Katakanlah: “Apakah kalian mau aku beri tahu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah? Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.
An-Nahl ayat 36
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ} [النحل: 36]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut “,
Az-Zumar ayat 17
{وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ } [الزمر: 17]
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, [ust titok/www.globalmuslim.web.id]
sumber: http://www.globalmuslim.web.id/2013/07/thaghut-menurut-ibnul-qayyim-al.html
Langganan:
Postingan (Atom)