IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Selasa, 23 Februari 2016

4 Pertanyaan Sensitif yang 'Haram' Ditanyakan kepada Perempuan




Oleh: Anna Mujahidah Mumtazah
Dalam kehidupan sehari-hari tak lepas dari muamalah dengan saudara/i muslim. Bercakap ini dan itu menjadi hal yang lumrah. Apalagi jika berjumpa dengan saudara/i yang pernah dekat, tentu dalam suasana keakraban. Semakin banyak canda ria dan tawa. Terkadang saat hanyut dalam canda ria dan tawa kita lupa menjaga lidah sehingga hati lawan bicara pun terluka.
Tetaplah menjadi penyejuk mata dan hati bagi lawan bicara/orang lain. Senyum menyejukkan mata, lidah yang terjaga menjadikan lawan bicara sejuk hatinya. Buatlah mereka bahagia, jika kita tak sanggup membuatnya bahagia maka jangan biarkan air matanya mengalir karena kesalahan kita dalam bercakap. Untuk itu kita membutuhkan ilmu dalam berinteraksi dengan sesama muslim. Berikut ini pertanyaan yang harus dihindari saat berjumpa dan bercakap dengan sesama muslim.
  1. Kapan menikah?
Pertanyaan ini kerap menimpa para jomblo. Ya, terkadang pertanyaan ini sengaja telontar untuk membully atau memotivasi. Bisa jadi pula tidak sengaja dan tanpa tersadar kata ini terucap. Meski kita tak tahu, masalah yang tengah dihadapi oleh para jomblo. Bisa jadi belum menikah karena masih banyak kendala. Menyekolahkan adiknya, target pencapaian yang belum di tangan, terkendala restu orang tua. Bisa pula karena salah satu pihak yang kurang cocok (kurang ridha dengan agama dan akhlaknya), atau ketakutan akan pelanggaran syariat saat proses menuju pernikahan, pelaminan hingga setelah sah menjadi pasutri jika menikah dengan yang tidak satu pemahaman. Jika diizinkan memilih, tentunya para jomblo lebih memilih menikah di usia muda dengan pasangan yang salih/ah. Namun bisa jadi Allah menguji kesabarannya untuk mendapatkan jodoh.
  1. Sudah punya berapa momongan?
Berdasarkan survey, mereka yang sudah menikah dan belum diberi amanah momongan jauh lebih galau dengan pertanyaan “Sudah berapa anakmu? Berapa usianya?” daripada saat mereka jomblo ditanya dengan pertanyaan “Kapan menikah?” Marilah kita jaga lidah untuk tidak bertanya kepada pasutri “berapa anakmu? Berapa usianya?” jika ternyata kita belum pernah menjumpainya hamil dan bersama momongannya. Mendoakannya agar segera dikaruniakan anak lebih baik daripada menanyakan perihal momongan kepadanya. Pun jika kita ingin mengetahuinya ada baiknya menanyakan ke kawan yang dekat dengannya tanpa sepengetahuannya. Namun jika kita pernah menjumpainya bersama momongannya, tentu pertanyaan tersebut tidak masalah.
  1. Sudah punya rumah atau mobil?
Dalam hidup ini terkadang orang tua, keluarga, tetangga atau kawan lainnya tak lepas menanyakan “Sudah punya rumah? Kendaraan dan lainnya?” Jika sekiranya kita belum pernah menjumpai saudara/i dan kawan kita memiliki materi tersebut, maka ada baiknya pertanyaan yang serupa kita tahan. Jika orang terdekatnya menanyakan hal yang demikian menjadikannya galau, maka jangan biarkan diri kita menambah kegalauannya.
  1. Istri kerja sebagai apa?
Mengenai pekerjaan, terkadang seorang istri minder jika menjadi ibu rumah tangga, padahal pekerjaan tersebut adalah mulia. Sebagai saudara yang baik tentunya kita akan senantiasa memilah dan memilih pertanyaan sesuai dengan keadaan saudara/i kita agar jangan sampai menjadikannya sedih dan berlinangan air mata. Allahu A’lam.
copas dari Voice of Al Islam
(riafariana/voa-islam.com)

Rabu, 10 Februari 2016

Mengenal Generasi Tabiin Cicit Rasulullah


Zainul Abidin, putra dari Husain bin Ali bin Abu Thalib.

Berikut ini beberapa kisah tentang beliau (tabi'in).
Kisah pertama
Thawus bin Kaisan pernah melihat Zainal Abidin berdiri di bawah bayang-bayang Atiq (ka'bah), menangis seperti ratapan orang penderita sakit dan berdoa terus-menerus. Setelah itu Thawus bin Kaisan mendekat dan berkata,
Thawus : Wahai cicit rasulullah, kulihat anda dalam keadaan demikian padahal memiliki tiga keutamaan
Zainul Abidin : Apa itu?
Thawus : Pertama Anda adalah keturunan rasulullah, kedua mendapat syafaat dari kakek Anda dan ketiga rahmat Allah bagi Anda.
Zainul Abidin : Wahai Thawus, garis keturunanku dari Rasulullah tidak menjamin keamananku, firman Allah " ...kemudian ditiup lagi sangkakala, maka tidak ada lagi pertalian nasab diantara mereka pada hari itu..." (Qs al kahfi 99). Adapun tentang syafaat kakekku. Allah berfirman: "Mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah. (Qs Al Anbiya:28). Sedang mengenai rahmat Allah, firman Allah: "Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-oranf yang berbuat baik. (Qs Al A'raf:56).

Kisah kedua
Riwayat dari Hasan bin Hasan. Pernah terjadi perselisihan antata aku dan putra pamanku, Zainul Abidin. Aku pernah memaki habis-habisan, dia hanya diam membisu. Malam harinya dia mengetuk pintu rumahku dan mengatakan, "Wahai saudaraku, bila yang Anda katakan tadi benar semoga Allah mengampuniku, dan jika yang Anda katakan tidak benar, semoga Allah mengampunimu. Merasa bersalah aku mengejarnya dan berkata, "Sungguh aku tak kan mengulangi kata-kata yang tidak Anda sukai."
Beliau menjawab"Saya telah memaafkan Anda".

Kisah ketiga
Kisah lain diceritakan oleh pemuda Madinah. Ketika melihat Zainul Abidin keluar dari masjid, aku mengikutinya dan memakinya membuat orang-orang marah dan mereka hendak mengeroyokku, namun Zainul Abidin berkata: "Biarkanlah orang ini". Aku gemetar ketakutan, dia menatapku dengan wajah bersahabat lalu berkata: "Engkau telah mencelaku sejauh yang engkau ketahui, padahal yang tidak engkau ketahui lebih besar lagi, adakah engkau memiliki keperluan yang dengannya aku bisa membantumu?"
Aku jadi malu, beliau memberikan aku baju dan uang seribu dirham. Sejak itu setiap berjumpa dengannya ku katakan:"Aku bersaksi bahwa engkau memang keturunan Rasulullah."
Begitu jndah perangai generasi tabi'in, cemoohan dibalas kebaikan. Bagaimana dengan kita?

Zainul Abidin (hiasan para ahli ibadah) begitulah julukan salah satu keturunan Rasulullah, cucu Ali bin Abi Thalib. Beliau Ali bin Husain pemuda Bani Hasyim yang patut diteladani ibadah dan ketaqwaannya, terhormat, luas pengetahuan dan ilmunya, mencapai puncak ibadah dan takwanya. Sampai setiap kali wudhu tampak wajahnya pucat pasi seperti orang ketakutan. Saat ditanya, beliau menjawab: "Duhai celaka, tidakkah kalian tahu, kepada siapa aku akan menghadap dan siapa yang akan aku ajak berbicara?"


Demikian tadi sahabat kisah tentang generasi tabiin keturunan manusia maksum (rasulullah). Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin. (Anna Mujahidah Mumtazah dari buku inspiratif)

Bojonegoro, 11 Februari 2016