IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Minggu, 23 Desember 2012


DISKUSI TERBATAS DPD II MHTI BOJONEGORO
Tepatnya tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru nasional. Guru merupakan pahlawan tanda jasa. Sebuah kalimat yang sering kita dengar sejak SD hingga sekarang. Guru yang berkewajiban untuk mendidik peserta didik, kini dengan adanya sertifikasi kewajiban tersebut seakan menjadi nomor kesekian. Sertifikasi menjadikan guru sibuk dengan tugas-tugas seperti portofolio, jam ngajar minimal 24 jam setiap pekan.
Guru berperan besar dalam mendidik generasi masa kini, namun guru di zaman kapitalisme di tuntut lebih (jam mengajar dan perangkat yang lengkap) dengan iming-iming gaji sertifikasi yang menggiurkan, namun pada faktanya di lapangan dengan sertifikasi menjadikan banyaknya jam kosong di kelas peserta didik (guru sibuk dengan uji kompetensi). Hasilnya peserta didik semakin kurang mendapatkan ilmu. Hal ini digambarkan dalam sebuah teatrikal dari tim kampus dalam acara Diskusi terbatas “Peran Guru dalam Menyelamatkan Generasi untuk Bangsa”. Digambarkan pula kenakalan remaja seperti pacaran, tawuran dan lainnya disebabkan adanya paham sekulerisme yang bercokol di tengah kehidupan.
Acara Diskusi terbatas 18 November di Aula SMKN2 Bojonegoro diadakan oleh MHTI DPD II Bojonegoro dimulai sekitar pukul 08.50 hingga 11.30 tampak hangat dengan penampilan teatrikal dan pemutaran video remaja masa kini. Peserta sekitar 50 orang dari para guru berbagai jenjang dengan menghadirkan pembicara Dosen Universitas Ronggolawe Tuban yakni ustadzah Mu’jizatin Fadiana, S.Si, M.Pd dan DPD II MHTI Bojonegoro yang juga guru di sebuah sekolah MTsN di Bojonegoro, Ustadzah Khoirin Nisa’. Pembicara pertama memaparkan tentang “Peradaban Islam Mencetak Generasi Berkualitas”. Terbukti lahirnya ahli matematika Al Khawarizmi sang penemu angka nol, Ibnu Sina yg dikenal dengan nama lain (Avecina) ahli dalam bidang kedokteran. Mereka semua adalah cendikiawan muslim. Pada masa Khilafah Islam abad 10 M. Seorang ulama Yaqut ar Rumi memuji para pengawas perpustakaan di kota Mer Khurasa karena mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan apapun per-orang. Para khalifah  memberikan penghargaan sangat besar  terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku yang ditulisnya. Subhanallah..
Pembicara kedua menyampaikan fakta sekulerisme diantaranya adalah Al quran cukup di masjid, jangan dibawa di luar masjid misalnya untuk urusan keduniaan., Guru merupakan profesi yang mulia. Maka guru harus mampu mengembalikan kesadaran generasi   sebagai hamba Allah SWT, menjadi teladan dalam berpikir dan berbuat berlandaskan aqidah Islam, menyadarkan generasi bahwa untuk menjadi negara yang mandiri-kuat-besar dan terdepan , kembali kepada syariah Islam
Beliau mengutip sebuah hadist "Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui tanganmu (maka hal itu) lebih baik bagimu dibanding sebaik-baik kenikmatan". Dalam riwayat lain: "Lebih baik bagimu dari pada apa yang disinari oleh matahari (bumi seisinya)".
Seorang guru memberikan testimony, beliau adalah ibu Endang, guru di sebuah SMP menyampaikan bahwa dari hasil survey yang beliau lakukan kepada anak didiknya, rata-rata mereka meninggalkan sholat lima waktu. Sehari hanya sholat 1 atau 2 waktu, yakni Dhuhur saja (di sekolah) atau magrib (saat ngaji di mushola terdekat dengan rumah). Sungguh ironis sekali generasi masa kini.  Dengan adanya sertifikasi waktu yang dimiliki guru untuk mendidik peserta didik menjadi berkurang, hasilnya guru hanya sekedar mengajar sesuai tuntutan kurikulum yang berorientasi nilai saja. (AMM)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar