DISKUSI TERBATAS DPD II MHTI BOJONEGORO
Tepatnya tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru
nasional. Guru merupakan pahlawan tanda jasa. Sebuah kalimat yang sering kita
dengar sejak SD hingga sekarang. Guru yang berkewajiban untuk mendidik peserta didik,
kini dengan adanya sertifikasi kewajiban tersebut seakan menjadi nomor
kesekian. Sertifikasi menjadikan guru sibuk dengan tugas-tugas seperti
portofolio, jam ngajar minimal 24 jam setiap pekan.
Guru berperan besar dalam mendidik generasi masa kini, namun
guru di zaman kapitalisme di tuntut lebih (jam mengajar dan perangkat yang
lengkap) dengan iming-iming gaji sertifikasi yang menggiurkan, namun pada
faktanya di lapangan dengan sertifikasi menjadikan banyaknya jam kosong di
kelas peserta didik (guru sibuk dengan uji kompetensi). Hasilnya peserta didik
semakin kurang mendapatkan ilmu. Hal ini digambarkan dalam sebuah teatrikal
dari tim kampus dalam acara Diskusi terbatas “Peran Guru dalam Menyelamatkan
Generasi untuk Bangsa”. Digambarkan pula kenakalan remaja seperti pacaran,
tawuran dan lainnya disebabkan adanya paham sekulerisme yang bercokol di tengah
kehidupan.
Acara Diskusi terbatas 18 November di Aula SMKN2 Bojonegoro diadakan
oleh MHTI DPD II Bojonegoro dimulai sekitar pukul 08.50 hingga 11.30 tampak
hangat dengan penampilan teatrikal dan pemutaran video remaja masa kini.
Peserta sekitar 50 orang dari para guru berbagai jenjang dengan menghadirkan
pembicara Dosen Universitas Ronggolawe Tuban yakni ustadzah Mu’jizatin Fadiana,
S.Si, M.Pd dan DPD II MHTI Bojonegoro yang juga guru di sebuah sekolah MTsN di
Bojonegoro, Ustadzah Khoirin Nisa’. Pembicara pertama memaparkan tentang “Peradaban
Islam Mencetak Generasi Berkualitas”. Terbukti lahirnya ahli matematika Al
Khawarizmi sang penemu angka nol, Ibnu Sina yg dikenal dengan nama lain (Avecina) ahli dalam bidang
kedokteran. Mereka semua adalah cendikiawan muslim. Pada masa Khilafah Islam
abad 10 M. Seorang ulama Yaqut ar Rumi memuji para pengawas perpustakaan di
kota Mer Khurasa karena mengizinkan peminjaman sebanyak 200 buku tanpa jaminan
apapun per-orang. Para khalifah
memberikan penghargaan sangat besar
terhadap para penulis buku, yaitu memberikan imbalan emas seberat buku
yang ditulisnya. Subhanallah..
Pembicara kedua menyampaikan fakta sekulerisme diantaranya
adalah Al quran cukup di masjid, jangan dibawa di luar masjid misalnya untuk
urusan keduniaan., Guru merupakan profesi yang mulia. Maka guru harus mampu mengembalikan
kesadaran generasi sebagai hamba Allah
SWT, menjadi teladan dalam berpikir dan berbuat berlandaskan aqidah Islam, menyadarkan
generasi bahwa untuk menjadi negara yang mandiri-kuat-besar dan terdepan ,
kembali kepada syariah Islam
Beliau mengutip sebuah hadist "Allah memberikan
petunjuk kepada seseorang melalui tanganmu (maka hal itu) lebih baik bagimu
dibanding sebaik-baik kenikmatan". Dalam riwayat lain: "Lebih baik
bagimu dari pada apa yang disinari oleh matahari (bumi seisinya)".
Seorang guru memberikan testimony, beliau adalah ibu Endang,
guru di sebuah SMP menyampaikan bahwa dari hasil survey yang beliau lakukan
kepada anak didiknya, rata-rata mereka meninggalkan sholat lima waktu. Sehari
hanya sholat 1 atau 2 waktu, yakni Dhuhur saja (di sekolah) atau magrib (saat
ngaji di mushola terdekat dengan rumah). Sungguh ironis sekali generasi masa
kini. Dengan adanya sertifikasi waktu
yang dimiliki guru untuk mendidik peserta didik menjadi berkurang, hasilnya
guru hanya sekedar mengajar sesuai tuntutan kurikulum yang berorientasi nilai
saja. (AMM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar