Ranjang Fir'aun dan Ranjang Rasul
Tadabbur surat At Tahrim ayat 10-11:
Kadang-kadang kita menjadikan lingkungan sebagai alasan yang
menghalangi kita untuk mendapat hidayah dan berbuat kebaikan serta
menjadi orang baik.
Sementara
istana, bahkan ranjangnya Fir'aun menghasilkan seorang perempuan yang
menjadi salah seorang dari empat wanita utama yang mencapai
kesempurnaan. Bahkan dialah perempuan pertama yang sampai kepada derajat
sempurna.
Rasulullah bersabda: "Banyak di antara laki-laki
yang sampai kepada kesempurnaan, dan tidak ada yang sampai kepada
kesempurnaan dari perempuan kecuali Asiah istri Fir'aun, Maryam binti
Imran, Khadijah binti Khuwailid...."
Rasulullah juga bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
"Perempuan ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti
Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah binti
Mazahim istri Fir'aun".
Asiah istri Fir'aun menjadi perempuan
percontohan yang menjadi tauladan bagi seluruh perempuan sepanjang
zaman. Bahkan juga tauladan bagi laki-laki dalam keteguhan iman.
Allah berfirman dalam surat At Tahrim 11:
"Dan Allah membuat istri Fir'aun percontohan bagi orang-orang yang
beriman, ketika ia berkata: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan
perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim".
Di
samping itu ada lagi seorang perempuan tauladan dalam keteguhan iman
keluaran istana Fir'aun, yaitu Masyithah (tukang sisir rambut putri
Fir'aun), yang digoreng oleh Fir'aun bersama seluruh keluarganya. Yang
kuburannya mengeluarkan bau harum dan kecium oleh Rasulullah wanginya di
malam Isra' dan Mi'raj.
Masih ada lagi tauladan bagi
laki-laki keluaran istana Fir'aun, bahkan masih tergolong keluarganya.
Kebengisan dan zalimnya Fir'aun tidak menghalanginya untuk memperoleh
hidayah dari Allah.
Allah berfirman dalm surat Ghafir 28:
"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun
yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang
laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah? Padahal dia
telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu.
Dan jika ia seorang yang pendusta maka dialah yang menanggung dosa
dusta itu, dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian bencana yang
diancamkannya kepadamu akan menimpamu...."
Dari kenyataan ini,
tidak ada alasan bagi kita untuk menyalahkan lingkungan untuk tidak
berbuat baik dan menjadi orang baik. Betapa beratnya lingkungan yang
dihadapi oleh orang-orang yang sudah diabadikan oleh al Qur'an tentang
keteguhan imannya. Karena itulah mereka pantas menjadi tauladan bagi
umat manusia yang datang sesudahnya.
Hidayah Allah adalah
sesuatu yang sangat misterius, yang akan diberikan-Nya kepada siapa saja
yang menginginkannya. Dia tidak bisa dihalangi oleh kokohnya tembok
istana, jeruji besi penjara, bahkan kobaran api dan siksaan yang
menyakitkan. Sebaliknya, dia juga tidak terjamin akan masuk ke dalam
hati sekalipun berada pada lingkungan terbaik dan hidup berdampingan
dengan orang-orang baik.
Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, tidak
mendapatkan hidayah sekalipun seranjang dengan manusia utama. Anak Nabi
Nuh juga durhaka sekalipun dididik oleh seorang Rasul Ulul 'Azmi. Abu
Thalib paman Rasulullah yang baik tidak juga mendapat hidayah sekalipun
selalu mendampingi beliau dalam berdakwah.
Makanya kita tidak
perlu heran bila ada di antara jebolan Mesir dan Arab Saudi menjadi
penghalang kemajuan Islam. Suka mempermainkan dan memperolok-olokkan
agama. Bahkan memerangi dakwah kebenaran serta menjadi ikon sebagai
penyesat umat.
Dan sebaliknya, justru pembela dan pejuang
Islam itu munculnya dari jebolan Amerika, Eropa dan Jepang. Labelnya
memang bukan ahli agama, tapi hatinya dipenuhi sinar hidayah yang bisa
memancar kepada lingkungan sekitarnya.
Terimalah hidayah,
karena ia ada di manapun, sekalipun di atas ranjang Fir'aun. Dan
buanglah kesesatan, karena ia selalu mengintai, sekalipun di kamar
seorang rasul.
Hidayah tidak bergantung kepada tinggi rendahnya ilmu, tapi kepada kebersihan dan kesiapan hati yang mau menampungnya.
Tidak perlu bangga dengan ketinggian ilmu dan merasa remeh atas
kesederhanaan pengetahuan. Kita tidak tahu, hati yang mana lebih dekat
kepada Allah dan dicintai-Nya.
Ya Allah, teguhkanlah kami di atas jalan yang lurus.
hasil copas dr fb ust ZA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar