IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Minggu, 02 Agustus 2015

RAMADAN MEMBANGUN HABITS MENUJU TAAT



RAMADAN MEMBANGUN HABITS MENUJU TAAT
Ramadan di penghujung. Dalam hitungan jari ia tak lagi membersamai kita. Semakin hari semakin menjauh. Jika masih diberikan kesempatan, satu tahun yang akan datang barulah ia datang kembali. Kehadirannya selalu dinantikan kebanyakan orang beriman. Betapa tidak, bulan mulia itu pahala dilipatgandakan. Amalan sunah berpahala amalan wajib.
Bulan ramadan, dalam satu bulan kita terdidik untuk ketaatan yang spesial. Mulai pagi sebelum subuh disunahkan untuk makan sahur. Setelah sang mentari terbit, mengimsakkan diri hingga matahari kembali terbenam. Di siangnya menahan haus, lapar, syahwat, nafsu dan hal yang membatalkan serta mengurangi pahala puasa.
Di bulan ini pula setan-setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Di dalamnya Allah hadiahkan malam yang penuh kemuliaan dan keberkahan yakni lailatul qadar. Bulan ramadan adalah salah satu waktu dikabulkannya doa. Bagi yang berpuasa akan mendapatkan pahala dan hanya Allah saja yang mengetahuinya. Selainn itu juga memperoleh dua kebahagiaan yakni saat berbuka dan saat perjumpaan dengan Rabb-Nya. Bau mulut orang yang bepuasa lebih harum di hadapan Allah dari pada bau misik/kasturi dan orang yang berpuasa akan mendapatkan pengampunan dosa. Itulah istimewanya bulan ramadan.
Bulan ramadan, bulan membentuk habits (pembiasaan). Kaum mukmin dipaksakan berpuasa, dilengkapi dengan amalan sunah seperti tarawih, menyegerakan berbuka, memperbanyak sedekah, dan lainnya. Hal yang diwajibkan (puasa, menutup aurat, menjaga lisan agar tidak ghibah dan lainnya) yang semulanya dirasa berat, menjadi ringan. Hal ini karena diri sudah terbiasa. Seperti halnya mengendarai motor 50 km, pada awalnya terasa jauh dan melelahkan, namun saat hal ini dilakukan berulang, maka 50 km adalah angka yang sangat dekat.
Mengutip sebuah karya seorang inspirator muda yang juga muallaf Felix Siaw, “Sebagian ilmuwan dan peneliti berpendapat bahwa manusia memerlukan waktu 21 hari untuk melatih satu habits baru, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang berpendapat 40 hari.” Ramadan (29 atau 30) hari adalah waktu yang cukup untuk membangun habits baru. Jika sebelumnya menutup aurat itu berat, ramadan mulai menutup aurat, maka setelah ramadan sangat efektif untuk melanjutkan ketaatan. Sebagaimana ketika kita masih kecil, kita belajar membaca Al Fatihah setiap hari saat ikut salat jamaah, tanpa sadar kita pun hafal dengan tanpa kita sadari. Itulah kekuatan sebuah habits.
Saat ketaatan itu terasa sulit bagi kita, maka langkah pertama adalah kita paksakan diri kita untuk taat, hari kedua, ketiga dan seterusnya, maka setelah 30 hari atau lebih hal tersebut akan terotomatisasi. Jangan pernah terbesit untuk putus dari aktivitas taat tersebut, sebab jika terputus bisa jadi sulit untuk bangkit kembali.
Jika di hari biasanya pukul 09.00 kita lapar yang sangat, namun saat ramadan tiba kita dipaksakan menahannya hingga sang mentari terbenam. Belajar dari anak kecil, di saat balita belajar berpuasa bedug (puasa sampai adzan dhuhur), semakin bertambah usia, berbuka pada jam 13.00, lalu 14.00 dan seterusnya. Hingga suatu saat, mampu menjalankan puasa hingga sempurna.
Untuk membangun habits dibutuhkan pengulangan yang terus menerus. Berat di awal namun ringan di kemudian. Jika menjalankan islam secara menyeluruh dan sebenar-benarnya sulit, namun kita memaksakan diri kita, maka setelah terjadinya repetition (pengulangan) yang terus menerus, maka hal tersebut akan terotomatisasi dalam diri kita. Semoga ramadan kita berbuah takwa. Semoga habits untuk taat senantiasa menyelimuti diri kita. Aamiin. Alllahu A’lam. Di muat di Radar Bojonegoro, Ramadan 1436 H/ 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar