IRONI PELAYANAN KESEHATAN

IRONI PELAYANAN KESEHATAN
LOMBA MENULIS BLOG FPKR

Senin, 27 Mei 2013

ISLAM AGAMA YANG BENAR, SEMPURNA DAN RAHMAT BAGI SELURUH ALAM


ISLAM AGAMA YANG BENAR, SEMPURNA DAN RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Sejak kecil, keluarga dan mayoritas lingkungan sekitar adalah kalangan muslim. Sangat melekat diingatan ketika duduk di bangku kelas 1 SD membaca buku PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang pada saat ini PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Di dalam buku tersebut menjelaskan keanekaragaman agama yang ada di Indonesia. Diantaranya Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha beserta tempat ibadahnya. Dalam hati saya bertanya, “Mengapa saya muslim?” terbesit pula kalimat “jangan-jangan Islam bukanlah agama yang benar. Jika Islam bukan agama yang benar, mungkinkah saya bisa masuk surga? Lalu agama mana yang benar?”
Akal yang belum sempurna menjadikan masa kecil belum bisa menjawab dengan benar. Boleh dikatakan agama di masa kecil merupakan agama keturunan. Bisa jadi jika terlahir dari orang tua Nasrani, agama yang dianut juga Nasrani. Namun tidak boleh mencukupkan sampai di situ. Perlu adanya pencarian lebih lanjut. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti tahun, hingga dewasa (sempurnanya akal) terjawablah apa yang menjadi pertanyaan di masa kecil. Sehingga agama yang kita anut bukanlah hasil keturunan ayah dan ibu, namun merupakan hasil pencarian dan pilihan kita.
Dalam masalah aqidah dilarang untuk taklid buta (mengikut) tanpa melalui proses berfikir. Dengan sempurnanya akal disertai dalil, manusia akan mampu menemukan jawaban yang benar. Mengenai konsep ketuhanan, siapakah Tuhan (yang menciptakan alam semesta) ini? Apakah Yesus, para dewa, ataukah Allah?
Sebelum menjawabnya sebaiknya kita mulai dengan menjawab pertanyaan “Apakah Pencipta sesuatu yang baru keberadaannya karena diciptakan oleh zat yang lain? Baik zat lain tersebut adalah dirinya sendiri ataukah zat lain selain dirinya sendiri serta apakah Pencipta ini wajib keberadaannya karena bersifat azali (tidak ada awal dan akhirnya). Yang pertama, jika Pencipta diciptakan oleh dirinya sendiri maka Pencipta adalah makluk dan mustahil (tidak bisa diterima akal) dalam satu waktu menjadi Pencipta sekaligus menjadi makhluk. Kedua, jika Pencipta diciptakan zat lain berarti Pencipta adalah makhluk dan masih ada yang mengunggulinya. Pernyataan pertama dan kedua jelas tidak masuk akal. Maka yang benar dan dapat diterima akal adalah pernyataan ketiga, Pencipta yang sebenarnya adalah wajibul wujud (wajib keberadaannya), adanya Dia tidak bergantung kepada siapapun. Lalu siapakah Pencipta alam semesta ini? Apakah Yesus sebagaimana yang diyakini kaum Nasrani ataukah patung sesembahan? Yesus sebelum diyakini oleh kaum Nasrani sebagai Tuhan adalah seorang nabi (manusia). Jelas tampak disini bahwa Yesus bukanlah Pencipta. Lalu apakah patung? Ternyata patung diciptakan manusia, jelas patung bukanlah Pencipta karena dia adalah makhluk. Lalu siapakah Pencipta alam semesta? Dialah Allah SWT. Darimana kita meyakini Allah SWT yang menciptakan alam semesta? Tentunya dari Al Quran yaitu di dalam surat Al Ikhlas Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.”
Mengenai kebenaran Al Quran, ada tiga kemungkinan datangnya Al Quran yaitu karya dari orang arab, karya Nabi Muhammad, wahyu Allah SWT. Tidak ada kemungkinan yang lain selain tiga kemungkinan tersebut. Untuk kemungkinan pertama, karya orang Arab, jelas ini tidak mungkin karena dalam Al Quran sendiri menentang bangsa Arab untuk membuat semisal Al Quran sebanyak 10 surat namun tidak mampu, satu surat juga tidak mampu.
Sebagaimana firman Allah SWT:
Katakanlah (wahai Muhammad): "(Jika demikian tuduhan kamu), maka cobalah buat serta datangkan sepuluh surat yang sebanding dengan Al Quran itu, dan panggillah siapa saja yang kamu sanggup memanggillnya, yang lain dari Allah, jika betul kamu orang-orang yang benar". (QS Hud:13)
“ Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir “. (QS Al Baqarah: 23-24)
Pada saat Al Quran diturunkan, saat itu pula puncak keemasan sastra Arab. Namun hingga kini tidak ada yang mampu menandingi AL Quran. Sehingga jelas bahwa Al Quran  bukanlah karya orang Arab.
Kemungkinan kedua, Al Quran berasal dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini tidak dapat diterima akal dikarenakan Nabi Muhammad SAW juga berasal dari bangsa Arab. Bahasa Hadist dan ayat Al Quran juga berbeda.
Jika kemungkinan pertama dan kedua adalah batil, maka yang benar adalah kemungkinan ketiga yaitu Al Quran adalah berasal dari Allah SWT.

ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA
Islam merupakan agama sempurna dan paripurna. Dia telah menyempurnakan Islam, mencukupkan nikmat-Nya dan meridhai Islam sebagai agama bagi kita
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian.” (QS Al Maidah: 3)
Dalam Al Quran kita dapati perintah Allah, larangan, surga, neraka, kejadian masa lalu, kejadian masa mendatang dan lainnya. Allah SWT telah menetapkan berbagai hukum-Nya mulai dari shalat, zakat, haji hingga kenegaraan. Lahirlah kaidah: Al-Islâmu dîn minhu ad-dawlah (Islam adalah agama, termasuk di dalamnya negara). Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan hal ini. Semuanya bertebaran dalam kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama shalih. Berbeda dengan agama lainnya, Islam merupakan agama yang sempurna, mulai dari ibadah spiritual, cara berekonomi, berpolitik, masalah pendidikan, kesehatan semua diatur dalam Islam. Agama dan kekuasaan bagai dua sisi mata uang.
Imam al-Ghazali berkata. “Karena itu, dikatakanlah bahwa agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak punya pondasi niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga niscaya akan musnah.” (Al-Ghazali, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd, hlm. 199).
Senada dengan itu, Ibnu Taymiyah menegaskan, “Jika kekuasaan terpisah dari agama atau jika agama terpisah dari kekuasaan, niscaya keadaan manusia akan rusak.” (Ibnu Taimiyah, Majmû’ al-Fatawa, XXVIII/394).
ISLAM RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Pernyataan  bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS Al Anbiya: 107)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.
Secara bahasa, rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
Menurut Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:
“Makna ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian’. Dengan kata lain, ‘satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat’ ”
Menurut Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:
“Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik mu’min dan kafir? Ataukah hanya manusia mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat ini:
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa gelombang besar”, dalam riwayat yang lain: “Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu”
Sebagai seorang muslim tentunya kita harus bangga dengan keislaman kita, bangga dengan agama yang kita peluk.
Wallahua’lam


Liya Yuliana
FB: Anna Mujahidah Mumtazah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar