Jangan tunda-tunda, terlambat sedikit saja masuk neraka selamanya.
Dapat cerita dari seorang ustadz.
Seorang imigran Arab yang menetap di Belanda menjalani profesi di
samping pebisnis, ia juga sebagai seorang da’i. Suatu kali di puncak
musim dingin bertepatan hari Jum’at, badai salju melanda daerah
kediamannya. Biasanya setelah menyampaikan khutbah Jum’at, beliau
bersama anaknya keliling ke rumah-rumah
penduduk yang berada di sekitar mesjid tempat beliau shalat jum’at.
Beliau menyampaikan pesan singkat tentang Islam, baik secara lisan
maupun tulisan.
Karena pada hari itu salju turun dengan
derasnya, tentu saja dingin mencekam luar biasa. Oleh karena itu beliau
memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan seperti biasanya. Namun
anaknya yang masih muda belia bersikukuh dengan semangat membara harus
tetap keluar berdakwah. Ia mengatakan kepada ayahnya bahwa manusia
setiap detik menuju neraka kalau kita tidak cepat mengingatkan dan
memperkenalkan Islam kepada mereka. Tapi ayahnya tetap tidak mau.
Akhirnya, dengan kegigihan dan semangat seorang anak muda ia pergi
sendirian menyebarkan buletin tentang Islam ke rumah-rumah penduduk.
Tidak peduli dengan salju yang menerjang tubuhnya.
Beberapa
hari setelah itu, pintu rumahnya diketuk seorang nenek tua, berumur
70-an tahun. Nenek itu menyatakan ingin masuk Islam. Allahu Akbar.
Ayah anak muda itu bertanya kepada si nenek, bagaimana anda mengenal
Islam dan tertarik memeluknya, serta dari mana anda tahu kediaman kami
ini?
Si nenek mengisahkan tentang dirinya:
Saya dulu
hidup bahagia dengan suami saya. Kami tidak dikarunia anak, karena
memang kami tidak ingin punya anak. Tapi beberapa hari yang lalu
kebahagiaan kami sirna. Suami saya satu-satunya manusia yang mendampingi
hidup saya meninggal dunia. Karena putus asa dengan kehidupan ini,
akhirnya saya memutuskan ingin menyusulnya dengan cara bunuh diri.
Di saat saya lagi sibuk memasang tali untuk gantung diri, tiba-tiba
pintu rumah saya diketuk orang dari luar.Saya jadi ragu, apakah
melanjutkan bunuh diri atau menemui orang yang mengetuk pintu itu.
Setelah bimbang beberapa saat, saya memutuskan untuk menemui orang itu
dulu baru nanti melanjutkan bunuh diri. Dalam pikiran saya, barangkali
ada pesan penting untuk terakhir kalinya yang akan ia sampaikan sebelum
saya mati.
Ternyata ketika saya sampai di depan pintu orang
yang mengetuk tadi sudah pergi. Barangkali ia bosan karena saya kelamaan
membukakan pintu. Tapi ternyata sebelum pergi ia menyelipkan secarik
kertas di bawah pintu. Dengan penuh tanda tanya saya melihat dan membaca
isi kertas itu. Kata perkata dan kalimat perkalimat saya baca dengan
teliti. Isinya sangat menyentuh hati, sehingga saya tertarik dengan
agama dan ajaran yang disebutkan dalam kertas itu. Saya berharap,
kesedihan saya bisa terobati dan saya tidak jadi bunuh diri. Untung di
bawah tulisan itu ada alamat penyampai pesan, sehingga saya mudah
menemukannya. Saya sekarang ingin berikrar dan menganut agama ini.
Allahu akbar, satu orang lagi selamat dari api neraka.
Mendengar penuturan nenek tua itu, ayah pemuda tadi jadi menggigil
pucat dan terkesima. Coba kalau anaknya ikutan malas untuk tidak keluar
menyampaikan dakwah Islam di waktu hujan salju itu, tentu nenek tua ini
sudah terjun bebas ke neraka untuk selamanya. Semenjak itu mereka
semakin semangat mendakwahkan Islam bagaimanapun kondisi alam. Dan nenek
tua itu juga bisa menikmati hari tuanya di bawah asuhan komunitas
muslim di sana. Selamatlah ia dunia dan akhirat, hidupnya berakhir
dengan happy ending alias husnul khatimah. Alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar