Di
riwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya bahwa pada suatu
kali dihidangkan makanan di hadapan Abdurrahman bin Auf (salah seorang
dari 10 orang shahabat Nabi yang dijamin masuk surga) untuk berbuka
puasa. Ketika itu beliau sudah menginjak usia lanjut. Tiba-tiba beliau
terkenang perjuangan masa mudanya bersama Rasulullah dan
shahabat-shahabatnya, lalu beliau berkata: “Mush’ab bin Umair
orang yang lebih baik dariku terbunuh di perang Uhud dalam keadaan yang
sangat memprihatinkan, ia hanya dikafani dengan selembar kain yang
apabila ditutupkan ke arah kepalanya akan terbuka kakinya dan bila
ditutupkan ke arah kakinya akan terbuka kepalanya. Hamzah juga lebih
baik dari pada diriku, ia juga terbunuh di perang Uhud, sementara mereka
berdua belum mencicipi nikmatnya perjuangan ini.
Kemudian
dihamparkan dunia ini untuk kita, sehingga kita bisa hidup dalam keadaan
mewah. Aku betul-betul khawatir kalau-kalau ini semua adalah kebaikan
yang disegerakan oleh Allah untuk kita di dunia ini, sehingga tidak ada
lagi bagian untuk kita di akhirat nanti”. Kemudian beliau menangis
tersedu-sedu sampai meninggalkan makanan yang sudah dihidangkan.
Hadits ini diulang meriwayatankannya oleh Imam Bukhari sebanyak tiga kali di dalam kitab shahihnya.
Suatu renungan dari hadits ini untuk kita:
Bila kita diberi Allah umur panjang, kira-kira apa yang akan menjadi
nostalgia kita di umur 60/70-an, ketika bertemu dengan teman-teman di
masa muda dulu? Atau kenangan apakah yang akan kita ingat bila teringat
sahabat yang sudah lebih dulu meninggalkan kita? Atau bila kita yang
sudah duluan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah kenangan
orang yang tinggal terhadap diri kita?
Alangkah indahnya bila
yang jadi kenangan itu adalah perjuangan yang penuh nilai kepahlawanan
dan menebar manfaat di permukaan bumi ini, seperti para shahabat
mengenang kepahlawanan Mush’ab bin Umair, Hamzah, Abdullah bin Jahsy,
Sa’ad bin Muadz dll, semoga Allah meredhai mereka semua.
Untuk
itu kita harus meninggalkan perkara yang main-main di masa muda ini.
Menghindarkan segala yang berbentuk “lahwun”, kalau tidak ingin hanya
mengenang hal yang “tafih/sepele” di hari tua nanti. Apalagi bila
mengenang semuanya ketika membaca catatan amal di pengadilan Yang Maha
Adil nanti, di mana semua perbuatan besar dan kecil dipersembahkan
kepada kita. Kenangan yang akan muncul tatkala dihisab nanti.
Hari-hari kita ini hanya menggoreskan tinta kenangan untuk hari nanti.
Lalu kenangan yang bagaimana yang anda sukai? Oleh karena itu
goreskanlah tinta kehidupan anda sesuai kenangan yang anda inginkan.
Ya Allah, jauhkanlah kehidupan kami dari hal-hal yang main-main dan
sepele. Karuniakanlah kepada kami kehidupan yang penuh arti dan manfaat
serta penuh nilai kepahlawanan.
copas dr ZA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar